Aturan Anti Rasialisme di Skotlandia, Skorsing 10 Laga

"Hati-hati jaga ucapan."

Analisis | 27 July 2022, 21:26
Aturan Anti Rasialisme di Skotlandia, Skorsing 10 Laga

Libero.id - Perbuatan rasial memang sudah seharusnya diberantas di semua lini kehidupan. Aksi ini sangat tidak mencerminkan nilai moral dan melanggar prinsip kemanusiaan.

Tak jarang di dunia sepakbola juga terjadi kasus-kasus rasisme. Bahkan, masih banyak rasisme yang terjadi di dalam lapangan ketika pertandingan profesional sedang berlangsung.

Dengan adanya kasus rasisme yang terjadi di musim lalu, Asosiasi Sepakbola Skotlandia (SFA) kini akan menerapkan aturan anti rasialisme.

SFA baru-baru ini menulis surat kepada klub sepakbola Skotlandia untuk memperingatkan pemain atau ofisial yang dinyatakan bersalah atas perilaku rasis atau diskriminatif akan terkena larangan bermain minimal 10 pertandingan.

SFA bertekad agar tidak ada lagi rasisme di sepakbola. Asosiasi itu mulai bergerak untuk memperkenalkan aturan disiplin baru 81, salah satunya melarang segala bentuk perilaku rasisme seperti 'bahasa yang menyinggung, menghina atau kasar' yang merujuk 'asal etnis, warna kulit, ras, kebangsaan, agama, atau kepercayaan, jenis kelamin, penugasan kembali gender, orientasi seksual, atau kecacatan.

Dalam sebuah surat yang dikirim ke klub oleh Pejabat Kepatuhan SFA pekan lalu, klub diingatkan bahwa setiap pelanggaran terhadap aturan 81 itu akan mengakibatkan skorsing minimal 10 pertandingan wajib bagi pemain yang dinyatakan bersalah.

Selain itu, SFA juga memperingati bahwa aturan baru tersebut akan segera diberlakukan tanpa adanya hukuman percobaan, dengan para pejabat didesak untuk mengingatkan para pemain tentang tanggung jawab mereka sebelum musim SPFL 2022/2023 dimulai akhir pekan ini.

Sikap tegas Asosiasi Sepakbola Skotlandia ini dilatari oleh beberapa perilaku yang terjadi musim lalu. Salah satunya dialami gelandang Rangers, Glen Kamara, dilecehkan secara rasial oleh Ondrej Kudela selama pertandingan Liga Europa Rangers melawan Slavia Prague tahun lalu. Insiden itu membuat Kudela akhirnya diberikan sanksi larangan bermain 10 pertandingan oleh UEFA.

Ada pula pemain kriket, Majid Haq, yang merupakan pencetak gol terbanyak sepanjang masa Skotlandia, dan Qasim Sheikh mengungkapkan mereka mendapat pelecehan rasis. Seluruh dewan kriket Skotlandia kemudian mengundurkan diri pada Minggu lalu, atau 24 jam sebelum temuan 29 dari 31 indikator rasisme institusional itu terungkap.

Tuduhan tersebut termasuk pelecehan rasial, penggunaan bahasa yang tidak pantas, pilih kasih kepada anak-anak kulit putih dari sekolah umum dan kurangnya proses seleksi yang transparan.

Semoga dengan adanya aturan tegas terkait anti rasialisme di Skotlandia ini, disusul aturan-aturan tegas juga dari negara lain, pemahaman tentang isu ini makin meningkat agar prilaku rasialisme tidak terjadi lagi, termasuk di dunia sepakbola.

(atmaja wijaya/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network