Kisah Maulwi Saelan, Kiper Legendaris Indonesia Sekaligus Ajudan Bung Karno

"Tidak ada pemain tim nasional Indonesia memiliki status khusus seperti Maulwi Saelan. Pejuang kemerdekaan, polisi militer dan pemain bola! Dipenjara Orde Baru."

Biografi | 05 October 2020, 13:49
Kisah Maulwi Saelan, Kiper Legendaris Indonesia Sekaligus Ajudan Bung Karno

Libero.id - Tidak ada pemain tim nasional Indonesia yang memiliki status khusus seperti Maulwi Saelan. Bukan hanya kiper dan kapten tim Garuda di Olimpiade 1956 Melbourne, pria kelahiran Makassar, 8 Agustus 1928, itu juga pernah berstatus sebagai ajudan Bung Karno.

Maulwi Saelan adalah pejuang kemerdekaan Indonesia. Berstatus anggota Polisi Militer, dia juga berkarier sebagai pemain sepakbola. Olahraga itu dia tekuni dengan serius sejak kanak-kanak. Dengan fisik yang selalu prima plus postur tubuh ideal, Maulwi menjelma menjadi salah satu penjaga gawang terbaik yang pernah dilahirkan Indonesia. 

Salah satu bukti kehebatan Maulwi ada di Olimpiade. Pada musim panas 1956 di Melbourne, skuad Merah-Putih tampil di bawah arahan Toni Pogacnik. Meski tidak diunggulkan, Indonesia menjelma sebagai tim yang disegani kawan maupun lawan. Permainan yang pantang menyerah plus kekompakan yang ditunjukkan menjadi kelebihan Indonesia saat itu.

Libero.id

Skuad Merah-Putih. Kredit: Repro Buku: Dari Revolusi 45 sampai Kudeta 66: kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa

Sebagai kiper, Maulwi adalah benteng kokoh terakhir dalam membendung setiap serangan lawan. Pertandingan yang paling dikenang adalah saat melawan Uni Soviet, 29 November 1958.

Itu adalah laga perdana Indonesia yang statusnya perempat final. Indonesia bisa langsung ke babak 8 besar karena sistem yang diterapkan adalah gugur. Tim Merah-Putih mendapatkan bye di fase sebelumnya setelah Vietnam Selatan mundur. Selain itu, Bulgaria dan India juga mendapatkan bye karena Mesir serta Hungaria batal tampil.

Indonesia kala itu berhasil menahan imbang Uni Soviet, yang berstatus salah satu tim terkuat Eropa dan dunia. Maulwi yang bertindak sebagai penjaga gawang berjibaku menahan gempuran Igor Netto, Sergei Salnikov, hingga Boris Tatushin. Skor imbang tanpa gol bertahan hingga akhir pertandingan.

Selain Maulwi, pada laga pertama, Indonesia juga menampilkan beberapa pemain legendaris lainnya. Sebut saja Mohammad Rasjid, Chairuddin Siregar, Ramlan Yatim, Kiat Sek Kwee, Liong Houw Tan, Edang Witarsa, Sian Liong Phwa, Ashari Danoe, Him Tjang Thio, hingga Andi Ramang.

Berhubung regulasi yang berlaku saat itu belum mengenal adu penalti, panitia mengharuskan tanding ulang saat skor imbang terjadi. Lalu, Indonesia dan Uni Soviet harus menjalani replay pada 1 Desember 1958. Hasilnya, pasukan Merah-Putih harus menelan pil pahit kekalahan 0-4.

Kekalahan telak terjadi karena fisik para pemain sudah terkuras pada pertandingan 2 hari sebelumnya. Perubahan skuad dengan Ashari dan Sian digantikan Achad Arifin serta Jasrin Jusron juga tidak banyak membantu. Pengalaman Lev Yashin dkk ternyata jauh lebih bermakna dibanding semangat juang Maulwi.

Pada akhirnya, Uni Soviet juga berhasil mengalahkan Bulgaria di semifinal untuk menantang Yugoslavia pada laga puncak. Uni Soviet meraih emas setelah menang 1-0 melalui gol semata wayang Anatoli Ilyin pada menit 48.

Penampilan di Melbourne membuat Indonesia kebanjiran pujian saat kembali ke Jakarta. Pasalnya, itu adalah era ketika sepakbola Indonesia benar-benar dipandang tinggi oleh rival-rival regional maupun internasional. Salah satunya berkat penampilan membanggakan Maulwi yang konsisten.

Ketika itu, Maulwi tercatat sebagai kiper PSM Makassar. Dia bergabung dengan timnas sejak 1954. Dia berkontribusi besar atas keberhasilan pasukan Garuda meraih sejumlah catatan membanggakan di level internasional. Sebut saja semifinal Asian Games 1954 atau medali perunggu di Asian Games 1958.

Saat Asian Games 1958 di Tokyo, Indonesia tampil lebih membanggakan dibanding Olimpiade Melbourne. Meski berbeda kualitas lawan, tim Garuda langsung mengalahkan Burma (Myanmar) dan India di fase grup. Selanjutnya, Filipina dipermalukan di perempat final.  Tapi, pada semifinal, Indonesia dipermalukan China (Taiwan) 0-1.

Gagal di babak 4 besar tidak membuat Maulwi menyerah. Dia bangkit saat pertandingan play-off perebutan medali perunggu digelar. Hasilnya, Indonesia menghajar India 4-1. Hingga hari ini, Indonesia belum pernah lagi menyamai atau melewati prestasi tersebut.

Uniknya, Maulwi tidak hanya dikenal sebagai pemain cekatan di bawah mistar gawang Indonesia. Dia juga memiliki aktivitas lain di luar stadion, yaitu sebagai ajudan Presiden Soekarno pada 1962-1966. Dia setia mendampingi Bung Karno di saat-saat negara dalam keadaan krisis. 

Libero.id

Maulwi Saelan. Kredit: Repro Buku: Dari Revolusi 45 sampai Kudeta 66: kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa

Sempat menjadi Ketua Umum PSSI pada 1964-1967, hidup Maulwi berubah 180 derajat saat G30S/PKI terjadi di Jakarta. Bung Karno dipaksa lengser lewat Sidan Istimewa MPR yang digelar setelah peristiwa Supersemar.  

Kedekatan dengan Bung Karno membuat Maulwi dipenjara rezim Orde Baru. Dia dihukum 5 tahun karena menolak memberi kesaksian palsu soal keterlibatan Bung Karno dalam G30S/PKI. Maulwi memilih dipenjara daripada bicara tak sesuai fakta yang dialaminya.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network