Karier Unik Salvatore Schillaci: Cukup Satu Ajang, Jadi Legenda Italia Selamanya

"Toto Schillachi adalah pemain beruntung. Sebelum bersinar di Piala Dunia 1990 dia hanya sosok medioker di Serie A."

Biografi | 18 November 2020, 05:08
Karier Unik Salvatore Schillaci: Cukup Satu Ajang, Jadi Legenda Italia Selamanya

Libero.id - Siapa bilang menjadi Legenda butuh banyak pertandingan dan serentetan gol berkelas? Cukup satu ajang, pemain bisa dikenang selamanya. Jika tidak percaya, tanyakan hal tersebut pada Salvatore Schillaci.

Schillaci adalah pesepakbola yang cukup beruntung. Sebelum bersinar di Piala Dunia 1990, pensiunan pesepakbola kelahiran Palermo, 1 Desember 1964 tersebut hanyalah sosok medioker di Serie A. Meski membela Juventus, Toto bukanlah penyerang yang mendapatkan kesempatan bermain reguler bersama Gli Azzurri. Dia hanya punya 1 caps sebelum menggila di Piala Dunia.

Perjalanan karier unik Schillaci di timnas dimulai saat bermain untuk Italia U-21 asuhan Cesare Maldini. Hanya mempunyai 1 pertandingan kompetitif, performa Schillaci di satu-satunya kampanye bersama Italia U-21 itu ternyata menarik perhatian nakhoda tim senior, Azeglio Vicini.

Vicini lalu memanggil Schillaci untuk beruji coba melawan Swiss di Basel pada 31 Maret 1990. Pada pertandingan tersebut, Schillaci sebenarnya bermain biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa dari dirinya.

Namun, 3 bulan berselang, dia langsung masuk skuad utama Italia di Piala Dunia 1990. Semua orang terkejut. Pers tidak percaya dan melontarkan kritik pedas lantaran Schillaci baru punya 1 laga tim senior. Spekulasi bermunculan, termasuk rumor campur tangan sindikat perjudian yang memasang taruhan tentang skuad Gli Azzurri pada Piala Dunia di kandangnya.

Ternyata, keberuntungan Schillaci tidak hanya berhenti saat pengumuman skuad Italia. Ketika turnamen berlangsung, dewi fortuna sangat ramah menyapa striker berpostur 173 cm tersebut.

Pada duel pertama versus Austria, Schillaci bermain menggantikan Andrea Carnevale pada menit 75. Tiga menit berselang, dia mencetak mencetak satu-satunya gol di laga itu. Lalu, di pertarungan kedua, Schillaci kembali menggantikan Carnevale, tapi Gli Azzurri sudah unggul 1-0 lewat Giuseppe Giannini pada menit 11.

Schillaci baru masuk starting line-up pada duel ketiga kontra Cekoslovakia. Dia bertandem dengan Roberto Baggio. Italia menang 2-0 dan Baggio-Schillaci sama-sama mengemas gol.

Pada babak 16 besar versus Uruguay dan perempat final kontra Irlandia, Schillaci-Baggio kembali berkolaborasi. Pada dua pertandingan menentukan itu, Schillaci juga mencetak gol. Gli Azzurri melangkah mulus untuk menebus semifinal.

Pada babak 4 besar, Italia berjumpa juara bertahan Argentina. Schillaci kembali dipercaya bermain sejak kick-off. Dia tidak bertandem dengan Baggio lagi, melainkan Gianluca Vialli. Schillaci mencetak gol untuk membuat skor akhir 1-1 pada pertarungan yang berlangsung 120 menit itu.

Sayang, pada babak adu penalti, Italia kalah. Secara mengejutkan, Schillaci justru menolak menjadi salah satu eksekutor. Alasan yang diungkapkan adalah cedera. Akibatnya, Italia harus bertemu Inggris di play-off perebutan posisi 3. Melawan The Three Lions, Schillaci mencetak gol dan Italia menang 2-1.

"Saya mengalami cedera otot di kaki saya dan saya juga lelah. Jadi, saya pikir saya akan menyerahkannya kepada seseorang yang kondisinya lebih baik dari saya, seseorang yang lebih baik dalam mengambil penalti. Sebab, saya bukan pengambil penalti yang hebat. Saya beruntung dengan beberapa kesempatan dan saya melewatkan beberapa lainnya," kata Schillaci kepada Four Four Two pada 2014.

"Saat anda mengambil penalti, anda memikirkan banyak hal, kegagalan, dan pencapaian, dan pada acara penting seperti itu, ada rasa takut serta salah paham. Ini adalah tanggung jawab besar yang harus anda tanggung. Saya ingin sekali mencoba, tapi saya bahkan tidak bisa menendang dengan benar," tambah Schillaci.

Dengan produksi 6 gol, Schillaci berhak atas status sebagai Pencetak Gol Terbanyak Piala Dunia 1990. Dia juga memenangkan Bola Emas sebagai pemain terbaik turnamen empat tahunan tersebut. Sayang, Italia gagal juara.

"Sangat sulit untuk menerimanya. Seolah-olah sebuah bangunan besar telah roboh menimpa saya. Saya menghabiskan lebih dari 2 jam di ruang ganti untuk merokok. Saya menangis. Saya akan melepaskan penghargaan Sepatu Emas saya untuk memenangkan Piala Dunia," ungkap Schillaci tentang kegagalan Gli Azzurri menjuarai Piala Dunia.

Schillaci hanya memproduksi 7 gol dari 16 laga Italia dalam kurun waktu 1990-1991. Artinya, mayoritas dihasilkan di Piala Dunia. Hanya 1 yang dia torehkan di Kualifikasi Euro 1992. Gol itu lahir saat melawan Norweagia di Oslo, 5 Juni 1991. Italia gagal ke putaran final dan setelah itu Schillaci tidak pernah kembali berseragam Gli Azzurri.

Pelatih Schillaci saat bermain untuk Messina, Francesco Scoglio, pernah memprediksi sang anak didik akan menjadi bintang di satu Piala Dunia. Dia sudah menduga jika Italia Gli Azzurri akan membutuhkan penyerang dengan kualifikasi seperti Schillaci.

"Tidak perlu heran jika Toto mencetak gol sebanyak itu di Piala Dunia. Saya sudah menduga sebelumnya. Dia selalu mengatakan kepada saya ingin bermain di Piala Dunia. Dia ingin juara. Meski Italia tidak juara, dia sudah cukup membuktikan diri. Dia berhasil mewujudkan mimpinya ketika pertama kali bermain sepakbola," kata Scoglio, dikutip La Stampa.

Selain bersama Italia, keberuntungan Schillaci juga tercipta di level klub. Memulai karier profesional bersama Messina, Schillaci kemudian direkrut Juventus pada 1989 dan bertahan hingga 1992. Selanjutnya, dia membela Inter Milan sampai 1994.

Ketika kompetisi elite di Jepang digelar pada 1992 dan membutuhkan marquee players, Schillaci menerima ajakan bergabung. Pada 1994, dia bermain untuk Jubilo Iwata. Selama 4 musim, Schillaci memproduksi 56 gol dari 78 pertandingan liga. Dia pensiun pada 1997 setelah membawa Jubilo menjuarai J-League.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network