Kisah Miguel Almiron, Bintang Newcastle Belikan Rumah Orangtua dari Gaji Pertama

"Miguel Almiron anak seorang satpam dan kasir supermarket. Sejak kecil bermimpi membelikan orangtuanya rumah."

Biografi | 09 February 2021, 06:33
Kisah Miguel Almiron, Bintang Newcastle Belikan Rumah Orangtua dari Gaji Pertama

Libero.id - Newcastle United bangga dapat merekrut salah satu pemain bertalenta, Miguel Almiron, pada 2019. Dia disebut sebagai penyelamat The Magpies, meski banyak orang tak mengetahui latar belakang sang pemain.

Perjalanan Almiron memang berliku sebagai pesepak bola profesional. Sebelum membela Newcastle, dia pernah memperkuat Cerro Porteno (2013-2015), Lanus (2015-2016), kemudian Atlanta United (2017-2019), hingga bermukim di Saint James Park saat ini.

Di masa kecilnya, tepatnya saat Almiron berusia tujuh tahun, pemain bernama lengkap Miguel Angel Almiron Rejala ini memiliki cita-cita menjadi pesepak bola hebat. Satu tujuannya saat itu, yakni memiliki cukup uang untuk membeli rumah bagi keluarganya.

Pemain kelahiran Asuncion, 10 Februari 1994, tersebut menepati janji itu ketika dia pindah ke Argentina membela Lanus dari klub kampung halamannya di Paraguay, Cerro Porteno. Almiron berhasil membeli rumah yang kemudian ditempati kakek, ibu, ayah, paman, dan saudara perempuannya.

Namun, jauh sebelum Almiron mewujudkan mimpinya, kisah karier Almiron dimulai dari seorang bocah pendiam dan pemalu di klub sepak bola 3 de Noviembre, tempat Almiron mengasah keterampilan menggiring bolanya di lapangan yang kering dan keras.

“Dia sangat pemalu, jadi saya membawanya (ke 3 de Noviembre) agar dia memiliki teman lain untuk berlatih,” kata ayahnya, Ruben Almiron, kepada ESPN. “Dia dengan cepat melakukannya. Dia mendapat banyak teman dan dalam beberapa bulan dia menunjukkan beberapa kemampuannya.”

Ruben menjelaskan pihak keluarga melakukan semua cara untuk mendukung cita-cita Almiron yang hendak mencari nafkah, sekaligus mewujudkan mimpi sebagai pesepak bola profesional.

Karena itu, Ruben tak mengeluh ketika bekerja sebagai satpam selama 12-18 jam sehari. Sementara ibunya, Sonia, rela menjadi kasir supermarket untuk memenuhi kebutuhan Almiron kecil.

Mereka melakukan itu dengan harapan Almiron tidak pernah melewatkan pelatihan sepak bola bersama paman, Diego, dan kakek, Chelo, yang selalu bergiliran menemaninya berlatih.

Sementara sekolah memainkan peran kedua setelah permainan yang indah untuk Almiron. Dia bersekolah di sekolah dasar Escuela Basica yang tidak jauh dari lapangan sepak bola 3 de Noviembre. “Ya, (dia mengerjakan pekerjaan rumah). Dia sangat pendiam, dia bukanlah salah satu dari anak-anak malas itu,” ungkap mantan gurunya, Maria del Pilar Bernal. “Dia tidak nakal atau gelisah, hanya saja dia adalah seorang yang pendiam.”

Saat keterampilan Almiron berkembang, remaja kurus itu mendapatkan uji coba pertamanya dengan Club Nasional, yang juga merupakan klub yang menyabet gelar juara sembilan kali Divisi Primera Paraguay.

Namun, mereka gagal melewatkan kesempatan mengontrak Almiron karena pamannya memohon kepada manajemen Cerro Porteno untuk melihat kemampuan keponakannya. Dari situ awal karier Almiron dimulai.

“Kami membawa Miguel bersama ibunya ke lokasi uji coba, di mana ada 300 anak laki-laki. Saya tidak akan pernah melupakannya karena dia nomor 301 dalam skuad,” kata Diego. “Kemudian orang (Cerro Porteno) berkata ‘jaga dia, karena dia hebat’.”

Namun, karier Almiron tak sepenuhnya berjalan lancar. Almiron dianggap gagal bermain bersama tim U-15 dan U-16. Fakta itu membuat gelandang serang tim nasional Paraguay ini terancam gagal promosi ke level lebih tinggi.

Mantan pelatih Almiron, Hernan Acuna, turun tangan setelah mengetahui Almiron akan dibebaskan pada 2011. Acuna menawarkan penebusan kontrak. “Saya telah menyaksikan Miguel (Almiron) dalam latihan, tapi saya tidak melihatnya bermain. Saya sering melihat kejadian seperti ini,” ungkap Acuna.

“Dia masuk ke tim U-15 dan U-16, tapi tidak bermain. Pada November 2010, ketika para pemain dikeluarkan dari skuad, Miguel termasuk di antara nama-nama itu (dalam daftar) untuk dicoret. Jadi, saya pergi ke koordinator dan mengatakan kepadanya ‘saya tidak ingin anak itu meninggalkan lapangan’.”

Acuna, yang saat itu menjadi pelatih Cerro U-17, menjadikan Almiron sebagai bagian fokus timnya, memberinya tugas bermain sambil menuntut agar dia tidak mengabaikan tugas-tugas pertahanannya.

Acuna kemudian terpesona melihat kecepatan Almiron, khususnya kemampuan ajaib dari kaki kirinya. Acuna tak lupa menekankan kepada anak didiknya bahwa dia perlu meningkatkan kemampuan kaki kanan dan sundulannya. “Dia sangat mulia, rekan setim yang baik. Dia tidak pernah berkelahi, dia sangat penurut,” kata Acuna. “Saya banyak berbicara dengannya dan dia bercerita tentang keluarganya dan orang-orang yang telah banyak berkorban.”

“Saya pikir ayahnya ada di Argentina untuk sementara waktu, lalu mereka datang ke sini. Saya tahu bahwa mereka berpindah-pindah rumah karena sewa,” kenang Acuna.

Almiron kemudian sampai pada momen dirinya menepati janji untuk membalas budi kebaikan keluarganya, yang telah melakukan begitu banyak pengorbanan agar dirinya mendapatkan gaji besar pertama.

Dalam titik ini, Acuna memberikan pesan kepada Almiron. “Suatu hari ketika kamu menjadi seorang profesional dan mendapatkan gaji besar pertamamu, belilah rumah untuk orang tua Anda. Setelah itu, belilah apa yang kamu inginkan,” timpal Acuna.

“Itulah yang dia lakukan. Ketika dia mendapatkannya, dia menelepon saya dan berkata ‘pelatih, saya telah membelikan orang tua saya sebuah rumah’.”

Tidak ada keraguan bahwa penggemar Newcastle akan terpikat oleh tekad Almiron, apalagi dengan sikapnya yang rendah hati dalam hidup. Dia akan menjadi bagian penting dalam perjalanan The Magpies musim ini.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network