7 Bintang yang Jadi ‘Permata’ atau ’Ampas’ setelah Mudik ke Klub Lama

"Sebagian ada yang sukses setelah kembali membela klub yang membesarkan nama mereka. Tetapi banyak pula yang gagal."

Feature | 09 February 2021, 07:30
7 Bintang yang Jadi ‘Permata’ atau ’Ampas’ setelah Mudik ke Klub Lama

Libero.id - Gareth Bale. Satu nama yang mulai jarang disebut. Bintang Real Madrid itu kembali ke Tottenham setelah tujuh tahun pergi. Ia balik lagi ke rumah lamanya pada awal musim panas ini dengan status pinjaman, tetapi sejauh ini apa-apa yang dilakukan Bale boleh dibilang gagal membuat Jose Mourinho terkesan. Atau bahkan juga penggemar Tottenham Hotspur.

The Special One bahkan mengancam akan mengirim Legenda Wales itu kembali ke ibu kota Spanyol, setelah tampil mengecewakan dalam latihan.

Padahal saat masa kejayaannya di Spurs, Bale mencetak 56 gol dan 58 assist dalam lebih dari 200 penampilan sebelum dia diboyong dengan harga 85 juta poundsterling pada tahun 2013 oleh Real Madrid

Mula-mula Bale tampil bagus di Bernabeu, tapi karena rentetan cedera yang ia alami, Bale mulai jarang mendapat panggung. Ditambah hubungannya yang kurang harmonis dengan Zinedine Zidane, riwayat Bale di Madrid seperti sudah tamat.

Sementara itu, ada juga yang bernasib mirip-mirip seperti Bale sekarang. Hanya jadi ampas saat kembali di klub yang pernah dibela. Situs olahraga SunSport telah merangkum sejumlah pesepakbola itu beserta kisah-kisahnya. Ini dia :


1. Thierry Henry - Arsenal

Bisa dibilang tidak ada pemain yang memiliki pengaruh besar di satu klub selama era Liga Premier seperti halnya yang dilakukan Thierry Henry di Arsenal.

Setelah delapan tahun di London Utara Henry pernah mencoba peruntungannya dengan pindah ke Barcelona. Ia juga sempat bermain untuk klub Amerika Utara, Red Bulls.

Saat kebosanan menghampirinya, Henry kembali ke rumah, dan langsung menunjukkan kepada Gooners mengapa dia layak untuk dipuja. Pada debut keduanya Henry mencetak gol kemenangan saat Arsenal melawan Leeds United di Piala FA. Tapi pasca itu, Henry tak sanggup berbuat lebih. Hanya 7 laga dan usai.

2. Mario Goetze - Borussia Dortmund

Libero.id

Kredit: instagram.com/mariogotze

Mario Goetze adalah gelandang yang cukup dihormati saat berseragam Borrusia Dortmund. Alih-alih menjadi legenda di sana, pahlawan Jerman di Piala Dunia 2014 ini justru memilih untuk pindah ke klub rival Bayern Munich

Tiga tahun setelah kepergiannya, Goetze balik ke Dortmund dengan perasaan bersalah, ia mengakui: "Saya dapat melihat [kepindahan] sekarang melalui mata yang berbeda. Saya dapat dengan mudah memahami bahwa banyak penggemar tidak dapat memahami keputusan saya. Saya tidak akan membuat keputusan itu sekarang."

Saat kembali berseragam Dortmund, Goetze hanya memainkan 16 pertandingan. Dan setelah itu segalanya tampak berbeda.

3. Didier Drogba - Chelsea

Ketika kembali pada tahun 2014 di Stamford Bridge. Drogba tampak sudah kehabisan tenaga. Ia yang berusia 36 tahun waktu itu telah menua selama waktunya di Liga China dan Liga Turki.

Tapi untungnya, saat itu Chelsea kembali dilatih oleh pelatih yang sama yang menangani Drogba ketika berjaya di Chelsea. Dialah Jose Mourinho sebagai manajer untuk mengantongi gelar Liga Premier.

Seorang jimat di seluruh klub, Drogba bahkan membantu dengan gol-gol penting melawan Spurs, Manchester United dan Leicester dalam perjalanan ke mahkota liga keempatnya.

4. Ricardo Kaka - AC Milan

Libero.id

Kredit: instagram.com/kaka

Jika ada pemain yang mirip dengan kisah Bale, itu adalah kisah Kaka. Berawal dari AC Milan pada tahun 2009 sebagai salah satu pemain terbaik dunia, pemain asal Brasil ini menjadi rekrutan klasik Galactico untuk Real Madrid.

Seperti Bale, dia memiliki momen-momen terbaik di Spanyol tetapi pada akhirnya dikalahkan oleh cedera kambuhan.

Dan ia harus terusir dari Santiago Bernabeu. Dan kisah berikutnya ialah Kaka kembali ke San Siro dengan status bebas gratis pada tahun 2013.

Tapi saat kembali, AC Milan sudah jauh dari kata hebat. Meski sempat membantu mencetak tujuh gol, tapi di penghujung musim Rossoneri melesat turun ke urutan delapan klasemen

5. Dirk Kuyt - Feyenoord

Libero.id

Kredit: instagram.com/kuyt

Kembali ke tim lama sering kali malah kikuk, tetapi tidak bagi Dirk Kuyt. Setelah melalang buana dan sempat bermain untuk Liverpool. Pesepakbola Belanda yang diremehkan itu kembali ke Feyenoord pada 2015.

Ia tampak seperti mengumpulkan momen heroik terakhir untuk mengakhiri kariernya dengan manis. Kuyt mejadi pahlawan untuk Feyenoord, pada pertandingan terakhirnya untuk klub, Kuyt mengantongi hat-trick dan itu lebih dari cukup untuk menyegel gelar Eredivisie pertama Feyenoord, setelah absen selama 18 tahun.

6. Joe Cole - West Ham United

Penggemar West Ham pasti merindukan sosok seperti Rio Ferdinand, Frank Lampard dan Joe Cole, semuanya berangkat menuju kesuksesan di tempat lain, tetapi satu yang berhasil kembali. Dialah Joe Cole.

Namun kembalinya Cole tidak begitu berarti bagi klub yang bermarkas di Upton Park itu. Meski ia sempat membuat gol penyeimbang saat West Ham melawan QPR. Cole bukanlah maestro lini tengah yang sama ketika kembali ke klub yang membesarkan namanya itu.

7. Mark Hughes - Manchester United

Mark Hughes adalah striker Manchester United yang lumayan tajam. Ia kemudian menghabiskan hanya satu musim dengan Barcelona sebelum dipinjamkan ke Bayern Munich.

Ketika Sir Alex Ferguson mengambil alih kemudi, Hughes kembali ke Inggris dengan biaya transfer 1,8 juta poundsterling. Pembelian si anak hilang itu tak percuma, sebab Hughes dengan cepat menjadi andalan di lini depan.

Dua gelar Liga Premier dan dua Piala FA termasuk di antara pencapaiannya dalam tujuh tahun masa bakti lanjutan, Hughes juga sempat menjadi Pemain Terbaik PFA.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network