Kisah Florent Indalecio, dari Tukang Batu Menjadi Pemain Newcastle

"Dari divisi 4 Australia, tiba-tiba pindah ke Liga Premier. Tentu saja pendapatannya melonjak drastis."

Biografi | 21 April 2021, 08:58
Kisah Florent Indalecio, dari Tukang Batu Menjadi Pemain Newcastle

Libero.id - Saat itu April 2019 dan Florent Indalecio yang menganggur baru saja menanggapi iklan, sebuah lowongan kerja di bidang konstruksi. Di usia 21 tahun, setelah mengalami sejumlah cedera serius dan kemunduran dalam karier sepak bolanya, Indalecio meninggalkan rumahnya di Prancis untuk mencoba tantangan baru di Sydney.

Ambisi seumur hidupnya untuk mencapai level profesional memudar. Hidup baginya hanya akan berakhir dengan memakai baju tukang. Tak sepenuhnya begitu. Sebab semesta selalu punya cara untuk menguatkan Indalecio.

Seperti lazimnya cerita-cerita pembangkit harapan. Ini adalah kisah Florent Indalecio; pria yang beralih dari bekerja di konstruksi bangunan hingga bisa menjadi pemain Newcastle United.

Riwayat Hidup Indalecio

Tumbuh di wilayah yang indah di Rhne-Alpes, Indalecio yang terobsesi dengan sepak bola bermain untuk salah satu akademi muda bergengsi di Prancis ketika dia baru berusia sembilan tahun. Dia tampil mengesankan dalam turnamen melawan beberapa klub terbesar Eropa, memenangkan pertandingan melawan tim besar seperti Real Madrid. Dan klub yang dibelanya ialah Saint-Etienne.

Tidak pernah ada keraguan atas kemampuan bermainnya di Saint-Etienne, tetapi perilaku buruknya di sekolah yang membuatnya harus dikeluarkan dari akademi. Itu aturan.

Bahkan kabar buruk lainnya yang menyusul: dokter segera menyampaikan beberapa berita yang memilukan. Dia didiagnosis dengan tumor di lututnya.

"Dokter mengatakan kepada saya bahwa saya mungkin tidak bermain sepak bola lagi," ujarnya.

Tapi Indalecio bangkit, "Saya baru saja bekerja keras setelah itu di gym. Setiap hari; tujuh hari seminggu. Saya akan pergi dengan teman saya, yang banyak membantu saya. Kami berlatih bersama dan akhirnya saya mulai bermain lagi setelah satu setengah tahun. Untuk kembali bugar, saya mulai bermain untuk klub yang lebih kecil."

Namun pada akhirnya, Indalecio ingin lebih kompetitif sehingga ia memutuskan untuk menjalani uji coba di Amerika Serikat - di mana sistem akademi mudanya sangat berbeda untuk pemain dari luar negeri.

"Saya pindah ke Amerika pada usia 18 untuk uji coba di sebuah klub di Miami. Di AS, itu berbeda. Jika Anda ingin mencari tim profesional atau semi-pro, Anda membuka situs web, Anda melakukan uji coba dan membayar. Anda bermain selama dua hari dan setelahnya, mereka akan memberi tahu Anda apakah mereka akan atau tidak akan menandatangani Anda.

"Mereka memutuskan untuk merekrut saya dan mengatakan kembali bulan depan," kata Indalecio.

Indalecio dipilih bersama 15 calon lainnya untuk bermain di Miami dan dia membintangi beberapa pertandingan pramusim, dan tampil mengesankan. Tetapi lagi-lagi cedera lutut menghentikan kemajuannya.

"Itu adalah lutut yang sama ketika saya menjalani operasi. Jadi saya berhenti bermain selama dua atau tiga minggu tetapi ketika saya kembali, saya merasakan sakit lagi. Saya tidak dalam kondisi terbaik saya. Setelah itu, saya kembali ke Prancis."

Sekembalinya ke negaranya, Indalecio nyambi bermain sepak bola dan bekerja. Di antaranya di pabrik kimia, dan juga pabrik biasa. Dia juga mendapatkan uang di Stade Geoffroy-Guichard; stadion kandang Saint-Etienne.

"Saya membagikan minuman sebelum pertandingan dan saat paruh waktu. Saya hanya mencoba untuk mendapatkan uang. Saya hanya mencoba untuk hidup normal. Saat itu, saya juga pergi ke pusat pekerjaan,"

Sepanjang masa sulit ini, Indalecio terus memikirkan sepakbola. Jadi ketika dia melihat mantan rekan setimnya, Cuban Frank Lopez, memposting gambar di Instagram bermain untuk LA Galaxy II, dia mencoba peruntungannya lagi di Amerika.

Tetapi sekali lagi, semuanya tidak berjalan sesuai rencana.

"Saya memainkan tiga pertandingan, mencetak empat gol dan mendapatkan dua assist tetapi mereka memilih untuk tidak merekrut saya. Tetapi di kepala saya, saya mengatakan 'tidak masalah'. Saya akan terus bekerja keras dan jika saya memiliki peluang lain satu hari ini, saya akan sukses," ucapnya optimis.

Perjuangan Seorang Indalecio

Indalecio, bagaimanapun, bertekad untuk mewujudkan mimpinya menjadi kenyataan. "Dua bulan setelah uji coba di Los Angeles, saya berada di Prancis lagi, hanya memikirkan setiap hari di mana saya bisa menemukan klub yang bagus. Di kota saya, ada dua klub. Satu tim pro dan satu lagi liga yang lebih rendah."

Saat mencoba mencari solusi, Indalecio dihubungi oleh seorang teman yang tinggal di Australia yang bekerja di bidang konstruksi. Dia memutuskan untuk mengambil pekerjaan itu, meskipun sama sekali tidak memiliki pengalaman di lokasi bangunan. "Saya belum pernah bekerja di bidang konstruksi sebelumnya," katanya. "Sulit. Sulit bekerja dan bermain sepak bola pada saat yang sama."

Tapi hebatnya, Indalecio berhasil bekerja keras hanya dengan melihat bagaimana para pekerja dan tukang batu bekerja, "Saya tidak mengatakan apa-apa," jelasnya. "Bahasa Inggris saya sangat buruk. Saya hanya tahu 'Halo' dan 'Apa kabar?' Aku bahkan tidak mengerti 'Bisakah kamu mendapatkan bahan campuran?'

"Bos saya hanya tahu saya bekerja keras dan dia memberi saya kesempatan setiap hari untuk terus bersamanya."

Saat bekerja hari-hari yang panjang dan penuh tekanan sepanjang minggu, Indalecio, yang juga bekerja paruh waktu di sebuah department store, dan tetap bermain sepak bola di akhir minggu. Meski pada tahap ini, dia mengakuinya hanya untuk iseng.
 
Pendeknya, nasib bujur menghampiri Indalecio. Dia kemudian membuat dua penampilan untuk tim divisi empat New South Wales Fraser Park FC.

"Mereka membayar saya. Itu klub yang bagus dengan orang-orang baik." dia berkata. "Saya tidak bermain demi uang. Mereka hanya memberi saya karena saya bagus di lapangan. Saya hanya bermain untuk kesenangan."

Dia bahagia di Australia tetapi pada saat yang sama, ambisi untuk menjadi pesepakbola profesional masih ada di benaknya. Di sinilah percakapan dengan mantan rekan setimnya Saint-Maximin terjadi - obrolan yang akan mengubah hidupnya selamanya.

"Saya mengajak teman saya Allan, dan dia berkata kepada saya, 'Apa kabar?', 'Bagaimana kehidupan di Australia?' dan 'Apakah kamu bahagia?'

"Saya berkata kepadanya bahwa saya senang tinggal di Sydney, tetapi saya bekerja di bidang konstruksi menjadi tukang bangunan dan itu adalah sesuatu yang tidak ingin saya lakukan selamanya. Saya hanya ingin bermain sepak bola. Jadi dia berkata kepada saya, jika Anda mau, setelah musim ini, Anda dapat datang ke Inggris dan saya dapat membantu Anda menemukan sesuatu."

"Kami tidak pernah berbicara tentang Newcastle. Dia hanya mengatakan akan mencoba dan membantu saya menemukan klub yang mungkin berada di divisi yang lebih rendah."

Karena situasi COVID, liga di Australia terhenti. Artinya, penghasilan Indalecio hanya dari konstruksi.

Pada saat yang sama, percakapan antara dirinya dan Saint-Maximin sedang berlangsung. Dan akhirnya Indalecio memutuskan untuk memesan tiket penerbangan dan pindah ke Inggris.

Saint-Maximin menyambut temannya di rumahnya dan mereka tinggal bersama selama beberapa bulan. Dan temannya menepati janji. Indalecio ikut uji coba di Newcastle dan dia kemudian mencetak gol dari tendangan salto dari sepak pojok.

Setelah tampil mengesankan, Steve Nixon, direktur Newcastle, menyerahkan kontrak satu tahun kepada Florent Indalecio. Itu adalah momen yang mengubah hidupnya.

"Saya sangat senang," katanya. "Hidup saya berubah. Saya hanya bermain sepak bola dan itulah yang selalu saya inginkan."

Performa Indalecio di Newcastle

Jadi seperti apa kiprah Indalecio di Newcastle sejak bergabung? Di atas lapangan, pemain berusia 23 tahun itu telah membuktikan dirinya sebagai starter reguler untuk tim U23 klub dan di luar lapangan, ia menikmati kehidupan yang indah di Timur Laut kota itu

"Semuanya baik-baik saja. Banyak hujan!" dia tertawa. "Tapi begitulah cuaca Inggris. Saya senang berada di sini. Ketika Anda bermain sepak bola, bagi saya, Inggris adalah negara sepak bola. Liga Premier adalah liga terbaik di Eropa."

"Saya sangat bangga dan senang bermain di sini. Ini adalah kesempatan yang sangat bagus bagi saya di sini, di Newcastle. Saya tahu banyak pemain ingin memiliki kesempatan ini, jadi saya tahu saya akan memberikan segalanya di dalam dan luar lapangan," ucap Indalecio penuh kemenangan.

Hanya dalam waktu beberapa bulan, Indalecio beralih dari bekerja di lokasi konstruksi dan bermain di kasta keempat liga Australia menjadi pesepakbola profesional yang bermain bersama pemain seperti Matty Longstaff dan Christian Atsu. Luar biasa bukan?

Sikap tidak pernah menyerah Indalecio patut diacungi jempol.

"Ini kisah yang sulit dipercaya. Tapi itulah hidup," katanya. “Karena masa lalu dan cerita saya, itulah mengapa saya memiliki mentalitas ini. Jika saya tidak pernah bekerja di pabrik atau akhirnya bekerja di lokasi konstruksi, segalanya mungkin berbeda. Tidak mudah pergi ke Australia sendirian. hanya saya dan teman saya. Tidak ada keluarga. Tidak ada teman lain. Itu sangat jauh dari rumah."

"Kadang-kadang saya memikirkan orang tua dan apa yang terjadi di rumah. Inggris berbeda. Hanya satu jam penerbangan pulang. Tapi saya harus berjuang untuk impian saya Dan itulah yang saya lakukan."

Keyakinan dirinya sangat luar biasa. Dia melanjutkan dan berkata: "Ingatlah bahwa suatu hari, saya akan bermain di Premier League atau Championship. Ingat itu."

"Saya tidak akan meninggalkan Inggris sebelum saya melakukan itu. Saya tidak peduli dengan negara lain yang dapat membayar saya banyak uang. Saya ingin bermain di sini. Jika saya harus bermain League Two musim depan, seperti Jamie Vardy misalnya, saya akan melakukan itu. Saya tidak keberatan.

"Percayalah. Suatu hari, saya akan bermain di level tinggi. Karena saya percaya kemampuan saya," pungkasnya.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network