Kisah Bocah 15 Tahun yang Bikin Sebuah Klub Mengubah Nama Stadion

"Kiyan berkelahi dengan Hasan. Tiba-tiba Kiyan tergeletak dan Hasan kabur."

Biografi | 20 May 2021, 14:30
Kisah Bocah 15 Tahun yang Bikin Sebuah Klub Mengubah Nama Stadion

Libero.id - Di banyak tempat, stadion sepakbola dinamai berdasarkan nama pemain legendaris klub yang bersangkutan. Tapi, Queens Park Rangers memutuskan mengubah Loftus Road, yang sudah digunakan sejak 1917, menjadi nama seorang bocah berusia 15 tahun, Kiyan Prince, pada 2019.  

Kiyan Josiah Prince lahir di Edgware, 25 November 1990. QPR mengontraknya sebagai pemain muda pada 2004. Dia digambarkan sebagai bakat luar biasa dan calon pemain masa depan Inggris. Saat itu, usianya baru 13 tahun.

Dilatih Gary Waddock, Prince berkembang menjadi bocah yang semakin matang di tim remaja QPR. Dia sangat menonjol diantara anak-anak seusianya. Dengan sangat mudah Prince naik kelas setiap tahunnya. Bahkan, pada awal musim 2006/2007, QPR sudah memiliki rencana untuk memainkan Prince di kompetisi U-17.

Namun, semuanya berubah pada akhir musim 2005/2006. Tepatnya pada 18 Mei 2006. Saat itu, Prince terlibat dalam pertengkaran kecil dengan sesama murid Akademi London Edgware, Hannad Hasan, di luar gerbang sekolah.

Awalnya, itu pertengkaran biasa anak-anak yang umum terjadi di seluruh dunia. Tapi, entah apa yang merasuki, Hasan tiba-tiba memukul kepala Prince. Tidak berhenti dengan pemukulan, dia mengambil pisau lipat yang ada di sakunya. Lalu, ditusukkan satu kali di lengan dan satu lagi di jantung.

Melihat Prince tergeletak bersimbah darah, Hasan lari. Dia membiarkan temannya itu tak berdaya di jalanan. Prince ditemukan oleh seorang Sersan Polisi di Kepolisian Metropolitan London dari Polsek Edgware. Prince dilarikan ke Royal London Hospital di Whitechapel dan dinyatakan meninggal 2 jam kemudian.

Insiden itu mengejutkan semua orang. Bukan hanya warga Edgware, London, Inggris, atau Britania Raya, melainkan juga seluruh Eropa. Walikota London saat itu, Ken Livingstone, mengaku tidak pernah menduga hal tersebut terjadi di kotanya.

Menanggapi pembunuhan tersebut, Livingstone mengatakan dia akan berusaha untuk mendorong Menteri Dalam Negeri dan Kejaksaan Agung Inggris untuk menjatuhkan hukuman penjara maksimal bagi mereka yang membawa pisau. Selain itu, peraturan kepemilikan pisau juga diubah dari 16 tahun menjadi 18 tahun.

Dengan berbagai usaha, Polisi akhirnya berhasil menangkap Hasan. Bocah berusia 16 tahun itu didakwa dengan pasal pembunuhan dan ditahan. Lalu, pada 2 Juli 2007, setelah persidangan di Old Bailey, Hasan membantah telah membunuh Prince. Hasan hanya mengakui terjadinya pembunuhan itu.

Pengadilan kemudian memutuskan Hasan dinyatakan bersalah atas pembunuhan berencana. Dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dengan minimal 13 tahun sebelum diizinkan mendapatkan keringanan.

Selama persidangan, terungkap bahwa Hasan mengaku membawa pisau lipat itu "seperti mainan". Bahkan, beberapa hari sebelum penikaman Prince, Hasan telah menggunakan pisaunya untuk mengancam seorang siswi di dalam bus sekolah saat bertengkar.

"Kiyan adalah seorang remaja dengan segalanya untuk hidup. Dia adalah pemain sepakbola berbakat dan atlet serba bisa. Hidupnya dipotong pendek oleh pemuda lain yang  mempersenjatai diri dengan pisau hanya untuk menunjukkan keberaniannya," kata Inspektur Polisi  Alistair Tully dari Kepolisian Metropolitan London, dilansir BBC.

Didorong oleh tragedi pribadi ini, ayah Prince, yaitu mantan petinju IBF Internasional dan juara WBO, Mark Prince, memutuskan mendirikan The Kiyan Prince Foundation (KPF) pada awal 2007. Itu adalah yayasan sosial yang berkomitmen memerangi kejahatan pisau dan kekerasan remaja lainnya.

"Bekerja dengan kaum muda untuk meningkatkan kesadaran dan mengatasi konsekuensi kejahatan senjata dan pisau melalui pendidikan. Ini bertujuan untuk memberdayakan kaum muda dengan mempromosikan rasa memiliki, harga diri, dan tujuan yang dapat ditemukan di luar budaya geng," kata Prince senior.

QPR sebagai klub tempat Prince berkarier tidak tinggal diam. Mereka memutuskan untuk mengontrak Prince selamanya, meski tidak pernah memiliki kesempatan bermain di lapangan yang sesungguhnya.

Untuk mengenang Prince, QPR membuat penghargaan tahunan yang disebut "Kiyan Prince Goal of the Season". Itu adalah award spesial yang diberikan kepada pemain-pemain QPR yang mencetak gol terbaik di kompetisi untuk setiap musimnya.

Puncaknya ketika manajemen QPR memutuskan mengganti nama Loftus Road menjadi "Kiyan Prince Foundation Stadium" untuk mengenang Prince. Lalu, pada 25 November 2020, tanggal yang menandai ulang tahun ke-30 Prince, klub mendorong semua suporter untuk mengenakan atribut berwarna biru dan putih sesuai identitas klub selama satu hari di semua aktivitasnya, untuk mengenang Prince.

Ada lagi, pada peringatan 15 tahun pembunuhannya, 18 Mei 2021, EA Sports menambahkan Prince ke daftar figur di FIFA 21 sebagai penghargaan. QPR juga menyatakan nama Prince akan dimasukkan dalam daftar skuad untuk musim 2021/2022.

"Banyak anak muda yang bermain (game) FIFA 21, dan mereka akan melihat ini (Prince). Mereka akan berpikir tentang bukan hanya dia yang kehilangan nyawanya, melainkan berusaha mencegah kejadian yang sama tidak terulang," kata Direktur Sepakbola QPR, Les Ferdinand, kepada Sky Sports.

"Orang yang melakukan pembunuhan itu masuk penjara. Jadi, nyawa keluarganya hilang. Meninggalkan rumah dengan pisau adalah sebuah niat, baik niat kita untuk melindungi diri sendiri atau untuk mengambil nyawa orang lain. Jadi, kita harus mengeluarkan ini dari pikiran orang-orang," pungkas eks striker Inggris itu.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network