Kisah Brian Barry-Murphy, Orang yang Bertugas Menemukan The Next Phil Foden

"Man City sekarang mulai fokus dengan pengembangan akademi untuk mendidik pemain kelas dunia."

Biografi | 10 September 2021, 09:34
Kisah Brian Barry-Murphy, Orang yang Bertugas Menemukan The Next Phil Foden

Libero.id - Selain membeli pemain mahal, Manchester City juga mulai memaksimalkan keberadaan Etihad Campus. Salah satu orang bertugas di akademi The Citizens itu adalah Brian Barry-Murphy. Tugasnya, menemukan The Next Phil Foden.

Mendapatkan pemain dari akademi untuk dipromosi ke tim utama selalu menjadi tujuan utama semua klub profesional Eropa, tak terkecuali Man City. Dengan Khaldoon Al Mubarak menyatakan bahwa mimpinya adalah memiliki satu atau dua pemain yang naik level setiap tahun, maka tugas para pelatih tim junior sangat berat.

Menjadi pemain reguler di tim utama dengan hingga 20 pemain internasional yang bersaing untuk mendapatkan tempat tidaklah mudah. Foden adalah satu-satunya pemain yang berhasil melakukannya. Pemain berusia 21 tahun itu sekarang telah memainkan lebih dari 100 penampilan untuk klub.

Terlepas dari persaingan, Barry-Murphy percaya ada pemain-pemain dari Elite Development Squad yang dapat mengikuti jejak Foden. "Saya tidak berpikir dia adalah pemain sekali seumur hidup. Ada orang lain yang berada di akademi atau dipinjamkan ke klub lain yang bisa membuat kemajuan itu. Itu bisa terjadi," kata Barry-Murphy, dilansir goal.com.

"Kami akan melihatnya lebih dan lebih lagi di sepakbola Inggris karena level pemain yang datang melalui akademi luar biasa," tambah mantan nakhoda Rochdale itu.

Skuad Inggris asuhan Gareth Southgate saat ini mencapai final Euro 2020 setelah dipadati oleh pemain muda dengan kualitas di atas rata-rata. Tentu saja, ada juga fakta bahwa banyak dari mereka yang tidak berhasil di Man City dapat memiliki karier yang baik di tempat lain. Menjual pemain telah membantu membiayai sektor akademi klub.

Tapi, pemain lokal yang membuat nilai di Etihad Stadium tetap menjadi fokus terbesar. Dan, saat ini ada sejumlah talenta menarik, termasuk Cole Palmer, Liam Delap, Romeo Lavia, James McAtee, hingga Luke Mbete. Mereka menghabiskan sebagian besar musim lalu dengan tim utama.

Langkah Man City sekarang tentu saja sejalan dengan Pep Guardiola. Semua tahu bahwa dia memiliki banyak pemain jebolan La Masia saat menukangi Barcelona seperti Sergio Busquets, Gerard Pique, hingga Pedro Rodriguez.

"Para pemain tidak melihatnya sebagai sosok yang tak tersentuh yang berada jauh di kejauhan. Mereka sangat melihatnya sebagai pelatih yang bisa mereka tangani dan, saya kira, berusaha keras untuk berada di hadapannya," jelas Barry-Murphy.

"Anda bisa merasakan kehadirannya di seluruh klub, dalam arti yang sangat positif. Dia memiliki aura yang ingin dipelajari semua orang darinya dan melihat apa yang dia lakukan. Sangat menarik bagi saya untuk menyaksikan cara para pemain muda memandangnya dalam hal-hal berbeda yang mereka ambil dari menontonnya atau belajar darinya," tambah Barry-Murphy.

"Anda dapat melihatnya dari orang-orang seperti Cole atau James, yang telah menghabiskan banyak waktu bersamanya. Menyampaikan informasi dari lingkungan itu ke akademi adalah proses yang sangat alami dan brilian," lanjuta Barry-Murphy.

Strategi bermain Guardiola dalam penguasaan bola berjalan melalui kelompok usia dini di akademi. Anak-anak diajarkan filosofi yang dapat mengatur mereka untuk karier yang sukses. Tapi, itu bukan format copy paste yang kaku dan setiap tim memiliki gaya mereka sendiri yang dibangun di atas kekuatan masing-masing.

Itulah mengapa kedatangan Barry-Murphy merupakan tambahan yang menarik bagi akademi. Itu terjadi setelah dia membangun reputasi sebagai salah satu pelatih muda terpintar di Football League.

Mantan pemain Irlandia itu bertanggung jawab atas Rochdale selama dua tahun dan sepakbola mereka yang menarik memenangkan banyak pengagum. Tapi, setelah memutuskan untuk meninggalkan Spotland Stadium, dia sekarang bersemangat dengan potensi apa yang bisa dia capai dalam peran barunya.

"Dalam klub ada identitas yang jelas dan cara melakukan sesuatu. Apa yang saya lihat, yang sangat menarik bagi saya, adalah bahwa ada dorongan nyata bagi para pelatih untuk menjadi kreatif dan mencoba berinovasi sendiri, dan tidak hanya meniru apa yang mereka lihat pada hari tertentu," ungkap Barry-Murphy.

"Setiap kali kami melakukan sesuatu, kami harus memiliki alasan yang jelas mengapa kami melakukannya untuk para pemain. Kami tidak hanya akan meniru sesuatu karena kami telah melihatnya di tempat lain dan berpikir itu akan modis atau mewah," ungkap Barry-Murphy.

"Jelas, kami melihat prinsip yang jelas dari paling atas yang dapat kami terapkan di lingkungan kami sendiri. Tapi, ini tentang semua orang yang memiliki selera mereka sendiri tentang bagaimana mengeluarkan yang terbaik dari para pemain kami sehingga ketika mereka masuk ke lingkungan tim utama mereka dapat beradaptasi," tambah Barry-Murphy.

Pendahulu Barry-Murphy adalah Enzo Maresca. Kini, pergi untuk menjadi pelatih Parma setelah musim yang sukses memenangkan Liga Premier 2. Di waktu yang sama, Man City juga mengangkat gelar Liga Premier U-18.

Barry-Murphy melihat berbagai gaya lawan yang berbeda membantu pengembangan. Bagi dirinya, piala bukanlah hal yang paling penting karena para pemain memiliki keinginan alami untuk sukses.

"Liga Premier 2 kadang-kadang dipandang tidak kompetitif. Tapi, kesan awal saya adalah bahwa level pemain yang saya saksikan memiliki kualitas yang sangat tinggi. Piala Papa John memberikan situasi yang unik, maka jelas kami memiliki pertandingan UEFA pertama kami. Ini memberi kami tantangan yang sama sekali berbeda di dalam masing-masing, yang tak ternilai harganya, dan saya pikir itu mencakup semua bidang pengembangan yang berbeda yang sangat dihargai oleh klub-klub ini," beber pria berusia 43 tahun itu.

"Semakin lama kita bisa bertahan di kompetisi, terikat dengan naluri alami para pemain. Mereka tetap ingin memenangkan pertandingan. Itu sudah tertanam dalam diri mereka sejak usia sangat dini, tapi penting bagi kami sebagai staf untuk mengingat bahwa ini bukan obsesi dengan mengorbankan pengembangan," pungkas Barry-Murphy.

(diaz alvioriki/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network