Kisah Steven Taylor, Eks Newcastle Pilih Pensiun karena Aturan Karantina Covid-19

"Habiskan lebih banyak waktu di kamar hotel dibanding lapangan membuat Taylor stres berat."

Biografi | 29 September 2021, 14:52
Kisah Steven Taylor, Eks Newcastle Pilih Pensiun karena Aturan Karantina Covid-19

Libero.id - Pandemi Covid-19 bukan sekedar melahirkan krisis multidimensi, melainkan juga membuat krisis berlarut. Sudah banyak korban dari virus ini. Tak hanya soal nyawa, melainkan juga tekanan mental. Bahkan, gara-gara stres berlebih, mantan pemain Newcastle United, Steve Taylor, memutuskan pensiun.

Berposisi sebagai defender, Taylor mencapai puncak karier ketika membela The Magpies pada 2003-2016. Selama berada di St James' Park pemain berusia 35 tahun tahun itu merumput 268 laga semua ajang dengan 15 gol.

Ketika kontrak dengan The Magpies berakhir, Taylor pergi ke Amerika Utara untuk bermain di MLS bersama Portland Timbers. Kemudian, kembali ke Inggris membela Ipswich Town dan Peterborough United. Setelah itu, pergi ke Selandia Baru membela klub A- League, Wellington Phoenix.

Taylor bermain di kompetisi elite Australia sejak 2018. Awalnya, semuanya baik-baik saja. Lalu, dia mendapatkan tawaran bermain di Indian Super League (ISL) untuk  Odisha FC. Kontrak diteken saat pandemi Covid-19 sedang berlangsung. Sempat beberapa bulan bermain di India, dia kembali lagi ke Australia.

Kembalinya Taylor ke Negeri Kanguru ternyata bermasalah. Pasalnya, untuk mencegah varian Delta, otoritas kesehatan Australia menerapkan aturan yang sangat ketat. Bukan hanya sekali. Setiap kali menginjakkan kaki di Australia, meski dari Selandia Baru, dia harus karantina lantaran pernah tinggal di India.

"Dia telah menghabiskan total tiga bulan sendirian di kamar hotel (karena pembatasan Covid-19). Dia harus karantina. Dia stres. Dia menginginkan kehidupan normal," kara General Manager Phoenix, David Dome, dilansir BBC Sport.

Tidak tahan dengan aturan yang dianggap aneh dan berlebih, Taylor meminta izin manajemen Phoenix untuk pensiun dan akan kembali ke kampung halamannya di Inggris. Di sana, dia tidak perlu karantina jika datang dari negara hijau seperti Australia atau Selandia Baru.

"Keluarga lebih penting dari sepakbola. Pemikiran harus pindah dan karantina lagi. Saya terjebak dalam penguncian wilayah pada akhir musim lalu dan kemudian saya harus isolasi setiap kembali dari bepergian. Rasanya seperti mengikuti saya ke mana-mana. Saya tidak memiliki kehidupan normal selama beberapa waktu," ungkap Taylor.

"Saya bersemangat untuk bab berikutnya (pensiun) untuk melihat keluarga saya. Saya ingin kembali ke rumah saya di Inggris," tambah Taylor.

Aturan karantina benar-benar menyulitkan Phoenix. Karena itu, klub ini memutuskan mengungsi dari Selandia Baru dan berbasis di Australia selama dua musim terakhir karena kesulitan perjalanan selama pandemi. Itu karena otoritas kesehatan Australia terlalu kaku dalam menerapkan aturan Covid-19.

"Covid telah menyulitkan klub ini. Para pemain dan stafnya selama dua tahun terakhir dan terutama untuk Steven. Dia (Taylor) memiliki enam kewajiban karantina. Itu tiga bulan sendirian di kamar hotel, selama dua tahun terakhir. Hal semacam itu merugikan seseorang," kata Dome.

Keputusan Taylor datang ketika beberapa pemain kriket Inggris mempertimbangkan untuk mundur dari sebuah turnamen bergengsi di Australia pada akhir tahun ini karena peraturan Covid-19 di Negeri Kanguru yang ketat.

(atmaja wijaya/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




Hasil Pertandingan Newcastle United


  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network