Kisah Heurelho Gomes, Salah Satu Kiper Terbaik Brasil

"Perjalanan The Octopus mewujudkan mimpi."

Biografi | 28 February 2022, 15:02
Kisah Heurelho Gomes, Salah Satu Kiper Terbaik Brasil

Libero.id - Pemain muda sering berganti posisi saat mereka berkarier sebagai pesepakbola profesional, tetapi sangat sedikit yang beralih dari striker menjadi penjaga gawang, terutama pada usia 17 tahun.

Hal itulah yang dialami oleh Heurelho Gomes, meski kelak keputusannya terbukti tepat. Dengan mantap Gomes berkata tentang keputusannya itu. 

"Saya hanya ingin sukses," katanya. “Saya berjanji pada ibu saya bahwa saya akan menjadi pesepakbola dan saya akan memberinya rumah. Impian saya adalah menjadi pesepakbola. Bagi saya, posisi tidak masalah. Tentu saja, saya suka bermain di depan, tetapi, pada akhirnya, saya percaya itu adalah pilihan yang baik.”

Meskipun Gomes di awal-awal agak kesulitan beradaptasi dengan posisi barunya, tetapi secara fisik dia memang tampak meyakinkan.

Dia membuat debut profesionalnya pada 2002 dengan klub lokal Brasil, Cruzeiro, dan dengan cepat dia menjadi pilihan pertama klub itu. Dia membuat 65 penampilan di semua kompetisi setahun kemudian saat klub memenangkan treble domestik.

Maicon, Luisao, dan Felipe Melo adalah bagian dari tim yang sama. Semua dari usia yang sama dan ditakdirkan untuk sukses lebih lanjut. Mereka semua segera menuju karier ke pentas Eropa.

Gomes diboyong PSV Eindhoven atas rekomendasi pencari bakat dan langkah itu terbukti tepat.

“Saya juga mendapat tawaran dari Dynamo Kyiv, tapi saya memilih PSV karena mereka sangat menginginkan saya. Piet de Visser (pencari bakat) pergi ke sebuah pertandingan di Paraguay untuk menonton saya. Dia hanya menonton pemanasan dan kemudian dia meninggalkan stadion. Dia mengatakan kepada Guus Hiddink bahwa dia membutuhkan tiga penjaga gawang untuk musim depan: nomor satu, Gomes; nomor dua, Gomes; nomor tiga, Gomes,” ungkap Gomes tertawa.

Keyakinan De Visser cukup beralasan. PSV menikmati rekor pertahanan yang luar biasa saat mereka merebut kembali gelar Eredivisie di musim pertama Gomes, menyelesaikan 10 poin di atas Ajax. Mereka hanya kebobolan 18 gol, kalah sekali, dan bersinar di Liga Champions.

“Memenangkan liga adalah fokus kami, tetapi kami melakukan lebih dari itu. Kami memenangkan gelar ganda dan mencapai semifinal Liga Champions. Itu adalah musim yang luar biasa, terutama bagi saya, yang baru saja tiba. Semuanya berjalan sesuai keinginan kami karena kami bekerja sangat keras,” kata Gomes.

Saat dia menyesuaikan diri dengan bahasa, budaya, dan gaya hidup baru, Gomes dibuat merasa seperti di rumah sendiri. Pengaruh Hiddink dan para pemain PSV yang mudah bergaul dan penuh nuansa candaan membuat Gomes nyaman berada di PSV Eindhoven.

Menurut Gomes, faktor keberadaan Hiddink sangat dominan dalam era kejayaan PSV.

“Orang besar yang berpengaruh adalah Guus Hiddink. Dia mempertahankan tim dan membuat yang baru yang sukses selama empat tahun. Dia terlibat dalam segala hal. Dalam situasi apa pun, dia mengendalikan segalanya. Saya percaya dia adalah orang kunci yang memberi kami kesempatan untuk memberikan hasil di lapangan,” ujar Gomes.

Gomes tak berhenti untuk mengatakan puja-puji kepada Hiddink. Baginya, dia lebih dari sekadar pelatih.

“Dia seperti ayah bagi semua orang. Saya ingat, di musim pertama saya di PSV, saya punya masalah keluarga. Sebelum pertandingan Liga Champions, dia bertanya apakah saya ingin pergi ke Brasil untuk mengunjungi ayah saya. Saya berkata, 'Tidak, tidak, tidak. Dokter merawatnya di sana.' Tapi, Anda bisa melihat dia adalah orang yang bisa Anda andalkan. Dia dulu memperlakukan orang dengan adil.”

“Terkadang, di dunia sepakbola khususnya, Anda melihat orang-orang yang tidak peduli dengan Anda sebagai manusia. Mereka hanya ingin mendorong Anda sepanjang jalan. Tidak peduli apa situasi Anda – jika Anda memiliki masalah atau tidak. Tapi, Guus Hiddink lebih dari seorang manajer. Dia spesial untuk semua orang di klub.”

Selama melatih PSV Eindhoven, Hiddink mempersembahkan total enam gelar – sebelum akhirnya dia mengundurkan diri pada Juni 2006, dengan Ronald Koeman menggantikannya.

Sejak itu perfoma PSV mulai menurun, terutama di paruh kedua musim pertama Koeman. Untung saja PSV masih bisa keluar sebagai juara lagi, finis di atas Ajax dengan selisih gol.

Hal ini tentu menjadi pukulan tersendiri untuk Gomes yang merupakan salah satu pemain kesayangan Hiddink. Namun, Gomes tetaplah kiper yang Tangguh, meski sudah berbeda pelatih. Karena, pada dasarnya dia memang tangguh.

“Itu adalah tanda tanya (ketika Hiddink pergi), karena kami sudah terbiasa dengannya. Sangat mudah ketika Anda mengenal seseorang, dan Anda memercayai mereka. Tapi, ketika Koeman datang, kami melihat kesamaan. Kami hanya perlu terus melakukan pekerjaan kami karena dia tahu sepakbola dan dia juga mengenal klub. Penting bagi kami untuk tetap bersatu.”

Selama berseragam PSV, Gomes telah membuktikan bahwa dia pemain
yang bagus. Bahkan, berkat kehebatan dan aksi penyelamatan yang menarik, dia dijuluki 'The Octopus'. 

Selama 181 pertandingan untuk PSV, dia mencatatkan 91 clean sheet yang luar biasa. Banyak klub, termasuk Tottenham Hotspur, yang berminat untuk mendatangkan Gomes.

“Spurs tertarik pada keahlian sejak lama, tetapi pertandingan kuncinya adalah saat melawan Spurs di Piala UEFA. Saya telah melakukan semua yang perlu saya lakukan di Belanda. Empat tahun sudah cukup untuk menunjukkan kualitas saya dan mempersiapkan diri untuk bermain di Liga Inggris,” kata pemain Brasil itu.

“Saya kagum ketika pertama kali mendengar Tottenham tertarik dengan kemampuan saya. Sulit untuk meninggalkan PSV, tentu saja, karena saya merasa seperti bagian dari keluarga, tetapi saya melihat peluang besar untuk bermain di liga terbaik di dunia.”

Gomes akhirnya pindah ke Tottenham Hotspur pada musim 2008. Dia tetap dikenang sebagai salah satu Legenda paling hebat untuk PSV Eindhoven.

(mochamad rahmatul haq/yul)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network