Libero.id - Federasi Sepak Bola Meksiko (FMF) telah melarang penggemar menghadiri pertandingan kandang Queretaro selama satu tahun, karena sanksi resmi setelah kerusuhan pertandingan Liga MX.

Kekerasan pecah selama pertandingan Liga MX hari Sabtu antara tim Guadalajara Queretaro dan Atlas, memaksa para penggemar masuk ke lapangan untuk menghindari bentrok. Insiden itu dilaporkan membuat 26 pendukung dirawat di rumah sakit akibat perkelahian massal tersebut.

Kerusuhan ini bisa jadi akan berimbas pada Mexico yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026, dengan dua negara lainnya Amerika Serikat dan Kanada. Citra buruk tersebut dapat membuat FIFA mencabut Mexico dari status tuan rumah World Cup 2026.

FIFA telah menyerukan "keadilan cepat" dan mengutuk tindakan mereka yang terlibat dalam perkelahian buruk itu.

Presiden Liga MX, Mikel Arriola dan presiden Federasi Sepak Bola Meksiko, Yon de Luisa, mengumumkan sanksi pada hari Selasa yang berlaku untuk semua pertandingan kandang Queretaro, termasuk tim wanita dan tim muda.

Grup penggemar bernama "barras" juga telah dilarang masuk stadion selama tiga tahun dan tidak akan diizinkan untuk menghadiri stadion apa pun selama satu tahun.

Grup kepemilikan Queretaro juga telah diperintahkan untuk mengalihkan kendali tim kepada pemilik sebelumnya.  Klub juga harus dijual ke pemilik baru pada akhir 2022. Jika tidak, liga akan mengambil alih kendali.

Pemilik yang diasingkan juga telah dilarang terlibat dalam aktivitas sepak bola Meksiko selama beberapa tahun ke depan.

 "Apa yang terjadi akhir pekan lalu tidak hanya membahayakan banyak nyawa, tetapi juga merusak reputasi negara bagian Queretaro, rakyatnya dan klubnya, Liga MX dan sepak bola Meksiko baik secara nasional maupun internasional," kata De Luisa.

 Arriolo menambahkan: "Kami tidak ingin penjahat menyamar."

Surat kabar Meksiko, El Universal melaporkan tiga pendukung berada dalam kondisi serius di rumah sakit pada hari Minggu, dengan tiga lainnya telah dipulangkan. Mauricio Kuri, gubernur negara bagian Queretaro, membantah laporan yang menyatakan telah terjadi kematian.

(moch imam sholikhin/nz)