Peringkat 6 Taktik Sepakbola yang Paling Dibenci Suporter

"Sir Alex Ferguson dan Jose Mourinho terkadang menggunakan taktik ini."

Analisis | 24 March 2022, 01:48
Peringkat 6 Taktik Sepakbola yang Paling Dibenci Suporter

Libero.id - Sepakbola adalah seni mengelola permainan. Layaknya perang, taktik dan strategi menjadi roh dari olahraga ini. Tapi, tidak semua hasil racikan pelatih menuai pujian dari suporter. Beberapa diantaranya justru memunculkan kontroversi. Bahkan, hujatan hingga bertahun-tahun kemudian.

Sangat kompleks untuk menjelaskan bagaimana sebuah taktik bekerja, karena pada dasarnya taktik bersifat rahasia. Selain itu, tidak semua pemain atau pelatih sukses dalam menerapkan taktik tertentu.

Karena taktik adalah sesuatu yang subjektif, untuk beberapa orang, tiki taka bisa dianggap sebagai satu-satunya cara untuk memenangkan pertandingan. Tapi, untuk beberapa orang yang lain, bermain pragmatis dan langsung ke tujuan menjadi idealisme.

Ada juga taktik yang kelihatannya baik-baik saja untuk digunakan di lapangan sepakbola. Tapi, masih dipandang sebelah mata oleh para penggemar. Beberapa taktik bahkan sangat dibenci karena dianggap merusak sepakbola itu sendiri.

Nah, berikut ini peringkat 6 taktik di sepakbola yang paling banyak dibenci penggemar di seluruh dunia:

6. Siege Mentality

Dalam ilmu sosiologi, "mentalitas pengepungan" adalah perasaan bersama tentang viktimisasi dan pembelaan diri. Istilah ini diturunkan dari pengalaman nyata pertahanan militer dari pengepungan. Ini adalah keadaan pikiran kolektif keika sekelompok orang percaya sedang diserang, ditindas, atau terisolasi dalam menghadapi niat negatif dari lawannya.

Ini merupakan fenomena kelompok. Istilah tersebut menggambarkan emosi dan pemikiran kelompok secara keseluruhan, dan sebagai individu. Hasilnya adalah keadaan terlalu takut pada orang-orang di sekitarnya, dan sikap defensif yang kaku.

Dalam sepakbola, taktik ini dipopulerkan oleh Sir Alex Ferguson. Siege mentality adalah taktik yang lebih bersifat psikologis dan perseptif. Dalam penerapannya, taktik itu mengedepankan anggapan (subyektif) bahwa Manchester United adalah tim yang  dikorbankan. Artinya, setiap kekalahan harus direspons dengan menyalahkan wasit, lawan, atau faktor-faktor lainnya.

Taktik ini dimaksudkan untuk menggali motivasi pemain. Tapi, kenyataannya, berlebihan. Bahkan, cenderung didramatisasi dan "playing victim" (merasa menjadi korban, meski kenyataannya tidak).

Contoh paling ikonik dari taktik ini ada di kasus rasialisme Luis Suarez vs Patrice Evra. Awal masalah itu adalah pertengkaran biasa antarpemain di lapangan. Lalu, berubah menjadi masalah dunia karena warna kulit. Masalah semakin pelik ketika MU dengan cerdas, masif, dan terstruktur mengangkat isu itu di media. 

Hal itu semakin diperbesar dengan blunder Liverpool yang mengenakan kaus bergambar Suarez saat pemanasan. Jadi, itu memunculkan anggapan umum sebagai perang antara kejahatan vs kebaikan: MU pahlawan, dan Liverpool musuh.

5. Membuang-buang waktu saat unggul

Membuang-buang waktu terutama di penghujung laga dan ketika sedang unggul adalah sesuatu yang dibenci oleh hampir setiap penggemar sepakbola. Tapi, ini merupakan taktik licik yang dilakukan semua tim. Bahkan, oleh tim kesayangan kita ketika unggul bukan?

Pelatih legendaris Arsenal, Arsene Wenger, pernah mengkritik keras tim-tim yang menggunakan taktik ini. Tapi, beberapa tim Inggris lainnya, termasuk Tottenham Hotspur dan Chelsea, menganggapnya sebagai normal.

4. Sepakbola keras dan kasar

Pada dasarnya sepakbola memang merupakan permainan yang mengandalkan fisik. Tapi, tentu yang dimaksud tanpa sentuhan berbahaya kepada pemain lain. Itu karena sepakbola tidak sama seperti tinju atau seni beladiri lainnya. Tapi, taktik bermain kasar, mengintimidasi lawan, dan membuat mental musuh jatuh dengan pelanggaran keras selalu dibenci pengggemar sepakbola.

3. Rajin melakukan diving

Pura-pura jatuh dan kesakitan tanpa sebab adalah perbuatan licik yang dibenci suporter. Beberapa pesepakbola hebat menodai reputasinya dengan melakukan taktik ini. Sebut saja Luis Suarez atau Neymar di masa kini. Lalu, Filippo Inzaghi pada masa lalu.

Tujuan dari taktik ini tentu saja mencari keuntungan dari ketidakjelian wasit. Tapi, dengan adanya teknologi terbaru, VAR, para pemain akan berpikir ulang untuk melalukan diving.

2. Parkir bus

Banyak cara untuk memenangkan pertandingan. Ada yang menganggap selalu menyerang. Ada juga yang sebaliknya. Dan, taktik bertahan yang ekstrim disebut "parkir bus". Ini adalah taktik ketika sebuah tim menempatkan hampir semua pemain di baris pertahanan. Ultradefensif!

Salah satu nama pelatih yang kerap dicemooh karena menggunakan taktik ini adalah Jose Mourinho. Pelatih asal Portugal itu telah berhasil menang dengan pendekatan seperti ini. Baik saat melatih Chelsea, Inter Milan, maupun Real Madrid. Begitu pula di Old Trafford.

Momen paling ikonik dari parkir bus yang menyebalkan ada di semifinal Liga Champions 2009/2010. Ketika itu, Inter bermain 10 pemain melawan Barcelona. Dan, Mourinho habis-habisan menerapkan taktik ini sehingga membuat Barcelona frustrasi. Bayangkan, semua pemain I Nerazzurri ada di belakang garis tengah selama 90 menit?

1. Bola-bola panjang

Memainkan bola-bola panjang telah menjadi aspek primordial yang sudah ada dalam sepakbola sejak dulu. Sebenarnya, begitulah cara sepakbola dimainkan pada awalnya. Tapi, sekarang, karena permainan telah berkembang, itu bukanlah salah satu taktik yang disenangi suporter. Bahkan taktik ini dianggap merusak permainan.

Meski efektif dan kuat, bola-bola panjang biasanya dilihat sebagai pilihan terakhir di lapangan untuk mempersingkat waktu dan membuat bola cepat berpindah ke area pertahanan lawan. Biasanya, tim yang unggul akan cenderung menggunakannya agar bola secepat mungkin keluar dari area pertahanannya.

Namun, taktik ini perlu penempatan posisi yang bagus dan akurasi umpan yang bagus. Tanpa keduanya, taktik ini menjadi sia-sia.

(mochamad rahmatul haq/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network