Kisah di Balik Kostum Legendaris PSG, Diilhami Jersey Ajax Amsterdam

"Sosok di balik jersey PSG adalah desainer kondang Daniel Hechter."

Feature | 13 August 2020, 07:34
Kisah di Balik Kostum Legendaris PSG, Diilhami Jersey Ajax Amsterdam

Libero.id - Tepat 12 Agustus 2020, Paris Saint-Germain akan merayakan ulang tahun emas. Pada hari yang sama, Les Parisiens menggusur Atalanta Bergamo pada perempat final Liga Champions di Estadio da Luz, Lisbon. Kemenangan menjadi kado ulang tahun yang luar biasa.

Lahir pada 12 Agustus 1970, PSG merupakan merger dua klub lokal Paris, Paris Football Club dengan Stade Saint-Germain. Saat itu, sejumlah orang penting di Ibu Kota Prancis yang memiliki kegemaran yang sama terhadap sepakbola berkumpul untuk menyatukan visi. Mereka antara lain Guy Crescent, Pierre-Etienne Guyot, serta Henri Patrelle.

Selain tiga nama tersebut, satu sosok lagi yang cukup berjasa di masa awal pembentukan PSG adalah Daniel Hechter. Berstatus presiden keempat PSG pada 9 Juni 1974 hingga 6 Januari 1978, Hechter bukan orang sembarang di Negeri Mode. Sosok kelahiran Paris, 30 Juli 1938, itu adalah desainer terkemuka. Berbagai produk busana, kosmetik, hingga aksesoris digandrungi masyarakat hingga saat ini.

Meski lebih dekat dengan dunia fashion, Hechter adalah penggemar sepakbola. Dia tidak pernah ragu menaruh investasi besar untuk membantu mendirikan PSG. Sebagai desainer pakaian, jasa terbesar Hechter adalah mendesain seragam kandang PSG, yang bercorak garis vertikal merah berbatasan putih dengan latar belakang biru. Warna jersey itu masih dikenakan PSG hingga saat ini.

Hechter mendasarkan kreasinya pada jersey putih bergaris merah vertikal milik Ajax Amsterdam. Saat itu, klub elite Belanda tersebut sedang mendominasi kompetisi Eropa lewat total football. Dia banyak melihat orang-orang mengenakan jersey Ajax di jalanan Paris.

Libero.id

Jersey Ajax

Tapi, berhubung PSG berasal dari Prancis, Hechter menggantinya dengan corak bendera Prancis. Jersey itu kemudian dikenal sebagai "Hechter shirt". "Ceritanya memang seperti itu. Semua berasal dari Ajax dan diadaptasi oleh kami, klub dari Prancis," kata Hechter dalam sebuah kesempatan beberapa tahun lalu, dilansir The Guardian.

Hechter shirt digunakan pertama kali pada 1974 saat Hechter menjadi presiden klub mengantikan jersey awal yang bercorak merah-putih-biru. Lalu, pada 1980 ketika Francis Borelli menjadi pemimpin Les Parisiens, jersey kembali berubah menjadi putih dengan merah-biru vertikal di dada kiri. Jersey yang kini menjadi seragam kedua PSG itu dikenakan hingga 1992/1993.

Sadar bahwa jersey merupakan identitas klub yang sarat sejarah, PSG memutuskan kembali menggunakan Hechter shirt pada 1994/1995 dan tetap digunakan hingga musim ini. Tapi, demi kepentingan bisnis, Hechter Shirt mengalami sejumlah modifikasi oleh Nike selaku apparel.

Libero.id

Jersey PSG

Sejumlah pemain bintang PSG era 1990-an hingga 2000-an seperti Rai de Oliveira, George Weah, Ronaldinho, hingga Pedro Pauleta pernah menggunakan hasil rancangan Hechter. Warisan Hechter juga dinikmati para pemain masa kini seperti Kylian Mbappe atau Neymar da Silva Santos Junior.

Menggunakan Hechter Shirt, PSG sebenarnya memiliki prestasi bagus. Les Parisiens mencapai lima semifinal kompetisi Eropa berturut-turut pada 1993-1997. Dengan jersey itu, PSG juga mengklaim Piala Winners 1995/1996.

Untuk pentas domestik, Hechter Shirt dikenakan saat PSG menjuarai Ligue 1 (1985/1986, 1993/1994, 2012/2013, 2013/2014, 2014/2015, 2015/2016, 2017/2018, 2018/2019, 2019/2020), Coupe de France (1981/1982, 1982/1983, 1992/1993, 1994/1995, 1997/1998, 2003/2004, 2005/2006, 2009/2010, 2014/2015, 2015/2016, 2016/2017, 2017/2018, 2019/2020), Coupe de la Ligue (1994/1995, 1997/1998, 2007/2008, 2013/2014, 2014/2015, 2015/2016, 2016/2017, 2017/2018, 2019/2020), serta Trophee des Champions (1995, 1998, 2013, 2014, 2015, 2016, 2017, 2018, 2019).

Namun, dari segudang prestasi yang dimiliki, Hechter Shirt masih memiliki utang di Liga Champions. Di kompetisi sepak bola paling elite di Eropa tersebut, peruntungan PSG masih kurang bagus.

Catatan statistik menunjukkan, PSG hanya mampu mencapai babak 16 besar pada 2016/2017, 2017/2018, dan 2018/2019. Sebelumnya, selama empat musim beruntun, yaitu 2012/2013, 2013/2014, 2014/2015, dan 2015/2016, Les Parisiens terhenti di perampaf final.

Kegagalan-kegagalan itu dicapai dengan cara yang sangat menyedihkan. Musim lalu misalnya, PSG mengalahkan Manchester United 2-0 di Old Trafford pada leg I. Pada leg II, mereka justru dipermalukan 1-3 di Parc des Princes. Masalahnya, gol The Red Devils ke perempat final diciptakan Marcus Rashford lewat titik putih pada menit 94!  

Contoh yang tak kalah tragis terjadi pada 2016/2017. Saat itu, PSG membantai Barcelona 4-0 Parc des Princes. Dengan satu kaki di perempat final, Les Parisiens justru menyerah 1-6 di Camp Nou. Gol kemenangan El Barca tercipta lewat Sergi Roberto pada menit 95!

Karena itu, dengan musim ini yang menggunakan sistem berbeda PSG berhasil lolos ke semifinal. Mampukah mereka menjadi juara.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network