Libero.id - Sergio Busquets adalah salah satu gelandang tengah terbaik di Eropa saat ini. Meski tidak memiliki kekuatan fisik atau kecepatan, pemain yang sedang menjalani karantina karena terpapar Covid-19 itu selalu jadi andalan Barcelona dan Spanyol. Salah satunya bisa dilihat di El Clasico edisi La Liga 2015/2016.
Pemain bertubuh kurus itu telah berkembang pesat menjadi super hero di lini tengah Barcelona dan timnas. Peran Busquets sebagai gelandang pekerja dikerjakan secara baik selama lebih dari satu dekade.
Busquets adalah pemain impian pelatih sepakbola di manapun. Dengan kecerdasan dan insting sepak bola yang tajam, Busquets hampir selalu berada di posisi yang tepat untuk menggagalkan serangan lawan.
Contoh kehebatan Busquets sebagai gelandang tengah jempolan bterjadi pada 21 November 2015 ketika Barcelona menghadapi musuh bebuyutan Real Madrid di Estadio Santiago Bernabeu. Hanya butuh 2 detik setelah kick-off, dia sudah menipu Luka Modric.
Yang baru diterapkan Busquets pada pertandingan tersebut adalah teknik "dragback". Sebagian besar pemain akan kesulitan melakukan teknik serupa dengan cara yang cepat dan dalam tekanan lawan. Tapi, Busquets membuatnya tampak sangat mudah.
Penampilan Busquets semakin sempurna karena itu adalah El Clasico edisi La Liga jilid pertama. Barcelona memenangkan pertandingan 4-0. Dua gol datang dari Luis Suarez, serta masing-masing satu gol dari Neymar dan Andres Iniesta. Pelatih Barcelona saat itu adalah Luis Enrique.
Jadi, apakah ada gunanya menekan Busquets? "Anda menonton pertandingan, anda tidak melihat Busquets. anda menonton Busquets, anda melihat keseluruhan pertandingan," kata mantan pelatih timnas Spanyol, Vicente del Bosque, tentang Busquets.
Opini