11 Kejadian dan Momen Tak Terlupakan Selama Euro 2020

"Ada banyak insiden yang terjadi selama turnamen tahun ini. Apa saja itu? Ini daftarnya."

Feature | 13 July 2021, 18:36
11 Kejadian dan Momen Tak Terlupakan Selama Euro 2020

Libero.id - Euro 2020 sudah berakhir dengan kemenangan Italia atas Inggris. Seperti turnamen-turnamen sejenisnya, kompetisi tahun ini juga menghadirkan berbagai kejadian, insiden, atau momen yang akan dikenang suporter hingga bertahun-tahun mendatang.

Dalam kondisi serba terbatas karena tidak semua negara penyelenggara sudah terbebas dari pandemi Covid-19, UEFA akhirnya menyelesaikan semua pertandingan Euro 2020 dengan lancar.

Sejak dimulai dengan pertandingan pembukaan yang mempertemukan Italia dengan Turki di Stadio Olimpico Roma, para pemain dari 24 negera peserta berjibaku untuk mencoba menjadi yang terbaik. Beberapa pertandingan berlangsung sesuai harapan. Tapi, beberapa lainnya mengecewakan.

Selain itu ada banyak kejadian menarik yang menjadi bumbu kompetisi. Berikut ini 11 momen atau kejadian tak terlupakan di Euro 2020:


1. Peta Crimea di jersey Ukraina

Gara-gara jersey bergambar peta negara, termasuk Crimea di dalamnya, Ukraina menuai protes dari Rusia. Semenanjung itu dianeksasi Rusia pada 2014, tapi masih dianggap sebagai bagian dari wilayah Ukraina. Di jersey itu juga ada slogan "Jayalah Ukraina! Jayalah para pahlawan!"

UEFA mengatakan tidak ada perselisihan untuk peta Ukraina karena mencerminkan teritorial yang sah diakui PBB. Mereka hanya memerintahkan penghapusan slogan yang melekat karena bersifat politis dan memiliki makna historis-militeristik, yang bertentangan dengan aturan FIFA.


2. Kolapnya Christian Eriksen

Pertandingan Denmark vs Finlandia di Grup B dihentikan beberapa menit sebelum turun minum setelah Christian Eriksen pingsan di lapangan karena serangan jantung mendadak. Beruntung, nyawa pemain Inter Milan itu bisa diselamatkan, meski kemungkinan besar dilaparan bermain sepakbola lagi.

Tragedi yang menimpa Eriksen ternyata membangkitkan semangat Denmark. Dari tim yang nyaris tersingkir dini, merek justru bangkit untuk lolos dari fase grup, tampil di babak 16 besar, perempat final, sebelum akhirnya dikandaskan Inggris di semifinal melalui penalti kontroversial.


3. Penghinaan Marko Arnautovic

Dalam pertandingan Austria melawan Makedonia Utara pada 13 Juni 2021, Marko Arnautovic menghina Ezgjan Alioski dan keluarganya setelah gol yang membuat skor menjadi 3-1.

Arnautovic adalah keturunan Serbia, dan Alioski adalah keturunan Albania. Kedua negara telah berada dalam konflik politik karena Kosovo selama beberapa dekade. Asosiasi Sepakbola Makedonia (MFF) mengajukan keluhan kepada UEFA setelah pertandingan, menuntut hukuman yang jelas.

Komite Disiplin UEFA kemudian membuka penyelidikan. Akibatnya, Arnautovic dilarang dari pertandingan berikutnya melawan Belanda karena "menghina pemain lain".


4. Botol Coca-Cola dan Heineken

Pada konferensi pers sebelum pertandingan pertama Portugal pada 14 Juni 2021, Cristiano Ronaldo mengeluarkan botol Coca-Cola dari meja dan kemudian memegang botol air di depan kamera untuk menyoroti bahwa air, lebih sehat daripada Coca-Cola atau minuman soda.

Setelah pertandingan pertama Prancis melawan Jerman, Paul Pogba memindahkan botol bir Heineken dari meja pada konferensi pers.

Akibat dua tindakan ini, UEFA berbicara dengan setiap tim yang berpartisipasi dalam Euro 2020 untuk menunjukkan pentingnya kehadiran sponsor. UEFA juga mengatakan bahwa jika itu terjadi lagi, maka hukuman akan diberikan kepada para pemain.


5. Protes Greenpeace dengan paramotor

Menjelang pertandingan antara Jerman dan Prancis pada 15 Juni 2021 di Muenchen, seorang pria dengan paramotor tersangkut di spydercam miliki stasiun televisi resmi Euro 2020 di atas Allianz Arena. Kemudian, jatuh, menyerempet tribun penonton, dan mendarat di lapangan.

Dalam aksi yang direncanakan sebagai protes oleh Greenpeace terhadap produsen mobil Volkswagen. Akibatnya, dua orang di tribun menderita cedera kepala dan harus menerima perawatan medis.

Tapi, kampanye tersebut memicu kritik keras karena membahayakan pemirsa. UEFA mengkritiknya sebagai "tindakan sembrono dan berbahaya" yang bisa memiliki konsekuensi serius bagi banyak orang. Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB), Perdana Menteri Bavaria Markus Soeder, dan politisi lainnya membuat pernyataan serupa.

Greenpeace kemudian meminta maaf. Apalagi, larangan penerbangan total telah dikeluarkan di Allianz Arena selama Euro 2020. Bahkan, sniper dari Kepolisian Muenchen sempat akan menembak mati sang pilot karena dikira teroris. Tapi, tembakan tidak jadi dilakukan setelah membaca tulisan Greenpeace di parasutnya.


6. Ban kapten bercorah pelangi

Sehubungan dengan Pride Month, Jerman menggunakan simbolisme terkait. Kapten tim, Manuel Neuer, mengenakan ban kapten dengan warna pelangi dalam pertandingan Euro 2020.

Investigasi oleh UEFA langsung digelar. Tapi, mereka menilai gelang itu sebagai "simbol tim untuk keberagaman" dan memiliki "tujuan baik." UEFA memutuskan untuk tidak menjatuhkan hukuman karena pelangi bukan simbol gerakan politik, melainkan bermakna diversiti.

Sebaliknya, simbol-simbol dan spanduk menentang LGBT di Puskas Arena, Budapest, pada pertandingan melawan Hungaria dinyatakan sebagai aksi rasialisme. UEFA kemudian menjatuhkan hukuman dan denda kepada Hungaria.


7. Lampu stadion di Allianz Arena dengan motif pelangi

Sebelum pertandingan penyisihan grup antara Jerman dan Hungaria pada 23 Juni 2021, Dewan Kota Muenchen mengajukan permohonan kepada UEFA agar fasad stadion diterangi dengan warna pelangi sebagai tanda keragaman dan toleransi.

Karena proyek tersebut dipahami sebagai protes terhadap undang-undang yang disahkan oleh Parlemen Hongaria yang membatasi hak informasi kaum muda sehubungan dengan homoseksualitas dan trans gender, maka UEFA menolak permohonannya.

Setelah awalnya menyetujui penerangan stadion dalam warna pelangi, Asosiasi Sepakbola Jerman (DFB) sepakat dengan UEFA. Sebagai gantinya, para pendukung mendatangi stadion dengan bendera dan atribut pelangi. Sementara Perdana Menteri Hongaria, Viktor Orban, yang rencananya hadir di pertandingan, membatalkannya.


8. Penyitaan bendera pelangi di Baku

Pada 3 Juli 2021, UEFA memulai penyelidikan setelah dua penggemar Denmark melaporkan bendera pelangi yang dibawanya selama pertandingan perempat final antara Republik Ceko dan Denmark di Baku, Azerbaijan, disita aparat keamanan.

Foto yang viral saat pertandingan sedang dimainkan menunjukkan dua steward mengambil bendera tersebut. "UEFA tidak pernah menginstruksikan petugas di Baku, atau di stadion lain, untuk menyita bendera pelangi," ujar UEFA.

"Kami sedang menyelidiki apa yang terjadi dan kami tentu saja akan menghubungi delegasi UEFA, petugas keamanan UEFA, dan otoritas lokal untuk menyelidikinya. Bendera pelangi adalah simbol yang mewujudkan nilai-nilai inti UEFA, mempromosikan segala sesuatu yang kami yakini sebagai masyarakat yang lebih adil dan egaliter, toleran terhadap semua orang dan UEFA telah memastikan bahwa bendera itu akan dikembalikan," bunyi pernyataan UEFA.


9. Insiden di lapangan pada laga Inggris vs Denmark

Pada menit 104 dalam pertandingan semifinal antara Inggris dan Denmark, wasit di lapangan, Danny Makkelie, memberikan tendangan penalti setelah menilai Joakim Maehle melangga Raheem Sterling di area penalti. Kiper Denmark, Kasper Schmeichel, menghentikan tendangan penalti Harry Kane. Tapi Kane mampu mencetak gol dari rebound.

Dalam konferensi pers tak lama setelah pertandingan, Pelatih Denmark, Kasper Hjulmand, menyatakan ketidakpuasannya dengan keputusan penalti. Dia juga menyebut fakta adanya dua bola di lapangan saat pelanggaran diberikan.

Komentator non Inggris seperti Arsene Wenger, Jose Mourinho, dan Dietmar Hamann mengkritik keputusan penalti selama dan setelah pertandingan. Alasannya, penalti seharusnya tidak diberikan ketika diperiksa VAR. Sementara Roy Keane menggambarkannya sebagai "sangat lunak".

Mantan pemain depan Inggris, Alan Shearer, juga menggambarkan keputusan penalti sebagai "lunak" dan mengatakan dia akan "sangat marah jika penalti itu diberikan melawan Inggris". Sedangkan Mark Clattenburg (wasit final Euro 2016) mengatakan tidak akan memberikan tendangan penalti untuk "tekel semacam ini" di momen "sepenting itu".

Selain dua momen itu, insiden lain ditunjukkan The Birmingham Mail, yang mengklaim Denmark mengganggu tembok Inggris selama tendangan bebas yang berujung gol Mikkel Damsgaard. Menurut aturan FIFA, selama tendangan bebas, penyerang harus berada dalam jarak satu meter dari dinding tim bertahan. Aturan itu dilanggar pemain Denmark dengan menghalangi pandangan Jordan Pickford.

Insiden lain yang tak kalah ramai muncul pada 8 Juli 2021, atau sehari setelah pertandingan. UEFA membuka kasus disipliner terhadap Asosiasi Sepakbola Inggris (FA) atas laser yang diarahkan kepada Schmeichel tepat sebelum penalti yang menentukan.

UEFA juga mendakwa fans Inggris karena mencemooh lagu kebangsaan Denmark  dan penggunaan kembang api. Akibatnya, FA didenda 30.000 euro (Rp514 juta) untuk tiga pelanggaran.


10. Kekacauan sebelum final di Wembley

Pada hari final, ribuan penggemar Inggris berkumpul di Wembley sejak pagi. Sayangnya, mayoritas tanpa tiket sehingga polisi harus bertindak. Dan, dua jam sebelum final, rekaman menunjukkan ratusan penggemar berkelahi dengan petugas saat mereka berusaha menerobos penghalang untuk masuk ke stadion.

Sekitar 400 orang ternyata berhasil mendapatkan akses ke stadion, di blok 104, dan tanpa membayar tiket.

Kerumunan besar berkumpul di Leicester Square melempar botol dan benda-benda lain, dan Trafalgar Square, di mana zona penggemar tiket didirikan. Kekerasan dan kekacauan tersebut mengakibatkan 49 orang ditangkap polisi. Ada lagi 19 petugas polisi terluka.


11. Pelecehan rasial online setelah final

Kegagalan menjadi eksekutor adu penalti membuat Bukayo Saka, Jadon Sancho, dan Marcus Rashford menjadi sasaran pelecehan rasial secara online. Bahkan, mural Rashford di sebuah tembol di Inggris dicoret-coret orang tak bertanggung jawab menggunakan kata-kata kebencian rasial.

Polisi Metropolitan London mulai menyelidiki pelecehan tersebut dan mengatakan di Twitter bahwa pelecehan itu "benar-benar tidak dapat diterima" dan tidak akan ditoleransi. Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, dan Presiden FA, Pangeran William, Duke of Cambridge, juga mengutuk pelecehan itu.

(andri ananto/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network