Scuola Allenatori, Sekolah Para Filsuf Sepakbola Italia

"Para filsuf sepakbola italia seperti Ranieri, Ancelotti, hingga Conte pernah diwajibkan membuat tesis."

Analisis | 03 November 2021, 15:59
Scuola Allenatori, Sekolah Para Filsuf Sepakbola Italia

Libero.id - Scuola Allenatori, atau bisa disebut sebagai sekolah para pelatih, merupakan ruang godog bagi para allenatore (pelatih) apabila ingin mengambil lisensi UEFA A. Semua pelatih yang bekiprah di Serie A dan B, wajib mempunyai lisensi tersebut.

Scuola Allenatori terletak di dalam kompleks terpadu milik Federasi Sepak Bola Italia yang dikenal dengan nama Coverciano. Tempat ini didirikan oleh Luigi Ridolfi, pewaris keluarga kaya di Florence. Luigi dikenal sebagai pengayom sejumlah cabang olahraga dan banyak festival di Florence. Dia juga sosok yang meresmikan klub Fiorentina pada 1926 silam.

Menggunakan pengalamannya mengurus banyak cabang olahraga, Luigi membangun Coverciano. Kelak, Coverciano ditujukan untuk pendidikan pelatih dan pusat pelatihan bagi tim nasional Italia, untuk berbagai cabang olahraga. Sebuah tempat di mana proses bertukar pikiran bisa terjadi di mana saja, di lorong-lorong kelas, atau bahkan di kantin.

Pada dekade 1960, Prof. Comucci, salah seorang pengajar di Coverciano menjadikan sepakbola tak sekadar sepakbola. Ia mencermati sepakbola dari pengamatan terhadap olahraga lain. Mengingat, Coverciano tempat belajar berbagai macam cabang olahraga.

Prof. Comucci mengajak para pelatih dengan paradigma berbeda. Di mana, sepakbola dilihat dari hal-hal dan gerak-gerak kecil, seperti bagaimana teknik jatuh, teknik berlari di lintasan yang tidak lurus, hingga Teknik berlari dengan tetap menjaga pandangan ke depan. Pembelajaran secara detail itu, membuat Scuola Allenatori menjadi tempat belajar sepakbola paling populer di Italia pada 1960-an.

Renzo Uliviri, manajer Asosiasi Sepakbola Italia sekaligus pimpinan Scuola Allenatori menjelaskan, proses belajar di Scoula Allenatori tak selalu berlangsung satu arah, justru kebanyakan dua arah. Peserta belajar tak hanya mendengarkan ceramah para mentor. Namun,juga diberi kesempatan untuk berbicara. Para mentor juga mendapat hal baru dari muridnya.

Diwajibkan Membuat Tesis

Selain belajar mengembangkan ide, peserta belajar (kebanyakan pelatih top) diwajibkan menulis karya ilmiah (tesis) sebagai syarat kelulusan. Topik tulisan ditentukan sendiri oleh para peserta belajar. Syarat ini menjadi keunikan Scoula Allenatore karena tempat kursus lain tak menentukan syarat itu.

Sejumlah pelatih top italia seperti Carlo Ancelotti, Claudio Ranieri, Antonio Conte hingga Massimilliano Allegri, merupakan alumni Scuola Allenatori yang tak hanya memandang sepakbola sekadar permainan, tapi juga disiplin filsafat yang dibuktikan dengan karya ilmiah. 

Claudio Ranieri, sosok yang pernah membawa Leicester memuncaki Liga Inggris itu, mendapat lisensi UEFA Pro pada 1990 dengan membuat karya tulis panjang yang menyerupai buku harian. Karya tulis Ranieri menggambarkan secara detail aktivitas yang ia lakukan bersama Cagliari, timnya terdahulu. 

Carlo Ancelotti, pelatih legendaris Real Madrid, mampu memprediksi sepakbola di masa depan lewat tesis berjudul Il Futuro del Calcio. Piu Dinamicita. atau Sepakbola Masa Depan. Lebih Dinamis. pada 1997 untuk mendapatkan lisensi UEFA Pro. 

Kemudian, Antonio Conte, pelatih yang menyerupai filsuf itu menulis 38 halaman karya ilmiah berjudul Considerations on 4-3-1-2 and the Didactic Use of Video. Pelatih Tottenham tersebut memaparkan kelebihan dan kekurangan 4-3-1-2 secara rinci. Termasuk membuat berbagai pertimbangan penggunaan skema dalam berbagai situasi.

Di Italia, sepakbola memang sejenis filsafat. Ia merupakan gerak-gerik yang sangat ilmiah dan empiris. Itu alasan setiap pelatih dan manajer bola asal Italia, selalu membawa spirit filosofi bermain yang selalu memukau. Buktinya, mereka bisa membuktikan pemikiran melalui karya tulis ilmiah. 

(wahyu rizkiawan/zq)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network