4 Momen Tiap Kali Real Madrid Juara La Liga, Barca Selalu Dibekap Masalah

"Real Madrid juara pada 2008, 2012, 2017 dan 2020. Setiap kali momen itu datang, krisis besar melanda Barcelona. Betul-betul rivalitas sejati."

Feature | 01 September 2020, 23:43
4 Momen Tiap Kali Real Madrid Juara La Liga, Barca Selalu Dibekap Masalah

Libero.id - Dalam dua dekade terakhir, kompetisi La Liga Spanyol tak jauh-jauh didominasi oleh dua klub yang saling bergantian mengangkat trofi, siapa lagi kalau bukan Barcelona dan Real Madrid. Sesekali saja kontestan lain berhasil mencuri momen, sebutlah Atletico Madrid, Sevilla, atau Deportivo La Coruna, yang lain seakan penggembira saja.

Rivalitas Barcelona dan Real Madrid sulit terbantahkan, tetapi kenyataannya dalam 13 musim terakhir, Los Merengues hanya  memenangi 4 gelar, masing-masing pada musim 2008, 2012, 2017 dan baru-baru ini 2020.

Fakta unik yang jarang orang-orang cermati, tiap kali Real Madrid juara La Liga pasti merupakan buntut dari krisis yang terjadi di Barcelona. Selalu ada masalah internal yang mendera kesebelasan Catalunya itu. Beberapa di antaranya seputar perpindahan pemain bintang.

Lebih lanjut mari kita simak:

1. Frank Rijkaard dipecat, Ronaldinho dijual (2008)

Barcelona pernah terpuruk sebelum akhirnya Frank Rijkaard masuk dan menggantikan Radomir Antic, tahun pertamanya bersama Blaugrana, musim 2004/2005 Rijkaard sukses mempersembahkan kembali mahkota La Liga setelah 4 musim puasa gelar.

Pria Belanda itu jugalah yang pelan-pelan mengembalikan marwah Barcelona di kancah Eropa. Rijkaard sukses mempersembahkan trofi Liga Champions pertama sejak tiga belas tahun terakhir.
Kala itu lini depan Barcelona begitu menjanjikan, diperkuat pemain terbaik pada zamannya, mulai dari Eto'o, Ronaldinho, Deco, dan lain-lain.

Namun segalanya berubah pada musim 2007/08. Strategi Frank Rijkaard mulai mudah dibaca oleh lawan. Buntutnya Barcelona harus terdepak dari Liga Champions atas kekalahan yang memalukan di partai semifinal menghadapi Manchester United dan yang lebih perih lagi, pada akhir kompetisi La Liga Spanyol, Barcelona terpaut 18 poin di belakang Real Madrid.

Puncak dari semua ini adalah keputusan manajemen untuk memecat Frank Rijkaard beserta beberapa pemain kesayangannya yakni Ronaldinho dan Deco. Terutama Ronaldinho yang dianggap menghambat perkembangan seorang Lionel Messi, dan benar saja ketika laki-laki Brasil pergi, performa Messi meningkat tajam.

Libero.id

Kredit: fcbarcelona.com

Era baru Barcelona dimulai, dan Barcelona menemukan 'arsitek' yang tepat untuk memoles bakat Messi muda. Dialah Pep Guardiola.

2. Berakhirnya periode kejayaan Pep Guardiola (2012)

Libero.id

Kredit: fcbarcelona.com

Beberapa orang akan berpendapat bahwa periode paling sukses Barcelona terjadi dalam rentang tahun 2008 -2012,  tentu dengan Guardiola sebagai pelatihnya, laki-laki Catalan itu merevolusi permainan Barcelona dengan cara yang sangat mirip ala Johan Cruyff, yakni Tiki Taka. Tetapi dengan sentuhan sepakbola modern

Pep sukses mempersembahkan 14 trofi, capaian yang belum mampu dilewati pelatih manapun. Tapi semua ada batas akhir. Pep Guardiola mulai dapat kompetitor yang serius ketika Jose Mourinho ditunjuk untuk menukangi Real Madrid.

Musim kedua The Spesial One di Madrid membawa serta kembali gelar La Liga ke Santiago Bernabeu, dan cahaya Guardiola di Camp Nou perlahan-lahan memudar. Ditambah hubungan tak harmonis dengan beberapa dewan klub membuat Pep dengan segera angkat kaki.

Banyak yang menyesali keputusan ini, padahal Pep Guardiola menangani Barcelona dengan cara semestanya, tapi nasi terlanjur jadi bubur.

3. Dijualnya Neymar ke Paris Saint-Germain (2017)

Pindahnya Neymar ke Paris Saint-Germain pada musim 2017 nyatanya  membuat Barcelona terpuruk dan sebenarnya kesebelasan Catalunya itu belum benar pulih hingga hari ini.

Libero.id

Neymar

Padahal lini depan Barcelona sudah sangat pas diisi oleh Trio M-S-N : Messi, Suarez, Neymar. Tetapi apa daya megabintang Brasil itu harus berlabuh ke ibu kota Prancis dengan penebusan klausul sebesar 222 juta Euro.

Di samping itu, rival abadi mereka Real Madrid makin cemerlang dibawah asuhan Zinedine. Los Blancos sukses menjuarai Liga Champions di tahun 2016, dan akhirnya memenangkan gelar La Liga pada musim  2017. Di tahun yang sama pula Real Madrid lagi-lagi meraih gelar Liga Champions. Dan Barcelona hanya bisa melihat dari jauh.

4. Quique Setien dan Drama Messi (2020)

Real Madrid merebut gelar domestik dengan sangat mudah dalam musim penuh pertama Zidane sebagai pelatih, sementara Barcelona bergeser dari satu bencana ke bencana lainnya. Yang awal-awal jadi korban adalah Ernesto Valverde dan Quique Setien yang dianggap tak becus melatih klub sebesar Barcelona.

Libero.id

Kredit: fcbarcelona.com

Untuk pertama kalinya dalam 12 tahun terkahir,  Blaugrana mengakhiri musim tanpa satu pun trofi dan yang tak bisa dilupakan begitu saja dari musim yang penuh gejolak ini adalah kekalahan telak 2-8 dari Bayern Munich di perempat final Liga Champions.

Hal ini jugalah yang memicu isu kepindahan Leo Messi kembali mencuat ke permukaan. Bahkan musim ini adalah puncaknya. Dalam sesi latihan baru-baru ini, megabintang Argentina itu tak menampakkan dirinya lagi. Ini permasalahan yang kompleks, tetapi dugaan kuat yang mendasari niat Messi itu adalah konflik terselubung dengan presiden klub Jose Bartomeu.

Bertahun-tahun Bartomeu telah membuat pemain terbaik dunia ini jengah dan sangat frustrasi. Dan para penggemar Barcelona lebih berharap Messi tetap bertahan dan Bartomeu yang harus mengalah dan angkat kaki lebih awal dari jabatannya sebagai presiden klub.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network