Kisah Timnas Togo Palsu Kontra Bahrain yang Gemparkan Dunia

"Lucu dan tragis. Tidak ada Emmanuel Adebayor. Mereka tidak sanggup bermain 90 menit. Lantas siapa mereka?"

Feature | 09 September 2020, 13:43
Kisah Timnas Togo Palsu Kontra Bahrain yang Gemparkan Dunia

Libero.id - Kasus pemalsuan di sepakbola ternyata tidak hanya menyangkut usia, asal usul, maupun paspor pemain. Tim nasional palsu ternyata juga sempat terjadi di pertandingan antarnegara dengan pengawasan FIFA. Bagaimana bisa?

Cerita lucu sekaligus tragis itu terjadi pada 7 September 2010. Awalnya, semua berjalan biasa-biasa saja ketika 11 pemain Togo dan 11 punggawa Bahrain memasuki lapangan di Bahrain National Stadium, Riffa. Wasit yang memimpin pertandingan maupun perwakilan FIFA serta AFC juga tidak menemui kejanggalan dengan laga tersebut.

Masalah baru muncul ketika wasit meniup peluit dimulainya pertarungan. Bahrain sangat leluasa mengobrak-abrik pertahanan Togo. Para pemain tim dari Afrika Barat itu terlihat tidak mampu menendang bola dengan benar saat mengumpan maupun melakukan eksekusi. Dengan tanpa perlawanan, Bahrain mampu mencetak 3 gol tanpa balas.

Melihat jalannya pertandingan, nakhoda Bahrain saat itu, Josef Hickersberger, geleng-gelang kepala. Pria asal Austria tersebut semakin melihat kejanggalan ketika para pemain Togo ternyata tidak sanggup bermain 90 menit. Kepada awak media sesuai laga, Hickersberger menyebut ada yang tidak beres dari skuad berjuluk Les Eperviers tersebut.

"Bagaimana mungkin pemain (tim) nasional tidak sanggup bermain 90 menit. Ini seperti pertandingan tim profesional melawan tim pelajar. Tidak masuk akal," ucap Hickersberger, dilansir The Guardian.  

Hanya dalam hitungan jam, berita memalukan tersebut menyebar ke seluruh dunia, termasuk Togo. Setelah melakukan penelusuran, pada 14 September 2010, Asosiasi Sepakbola Togo (FTF) menyatakan bahwa tim palsu telah bermain melawan Bahrain. FTF mengklaim tidak pernah ada agenda pertandingan ujicoba yang melibatkan timnas di salah satu negara Timur Tengah.

"Para pemain yang ambil bagian dalam pertandingan persahabatan melawan Bahrain benar-benar palsu. Kami tidak mengenal pemain-pemain tersebut. Sebab, kami belum mengirim satu tim pun ke Bahrain," ujar Jenderal Seyi Memene selaku presiden FTF saat itu.

Pengakuan mengejutkan petinggi FTF itu didukung pernyataan Menteri Olahraga Togo, Christophe Tchao, pada masa itu. Kepada majalah lokal, Jeune Afrique, Tcho menyebut FTF tidak pernah mendapatkan surat undangan pertandingan maupun mengirimkan tim untuk melawan Bahrain.

"Tidak ada seorang pun di Togo yang pernah diberi tahu tentang pertandingan itu. Kami berkomitmen untuk menggelar investigasi dan menghukum semua yang terlibat masalah ini," ucap Tcho saat itu.

Sebaliknya, Wakil presiden Asosiasi Sepakbola Bahrain (BFA), Sheikh Ali bin Khalifa al-Khalifa, mengonfirmasi Bahrain telah melalui semua saluran yang benar dalam mengatur pertandingan internasional dalam agenda FIFA. "Semua dokumen yang diterima sebelum pertandingan persahabatan secara resmi ditandatangani dan distempel dari FTF," kata Sheikh Ali kepada Gulf Daily News.

BFA juga melaporkan bahwa sebuah surat mencantumkan 20 anggota timnas Togo, termasuk nomor paspor dan tanggal lahir setiap pemain, telah dikirimkan TFT kepada BFA. Tapi, daftar 18 pemain yang sama sekali berbeda dari yang dikirimkan FTF telah diberikan oleh seorang ofisial tim beberapa menit sebelum dimulainya pertandingan.

Konfirmasi dari Bahrain benar-benar membuat pemerintah Togo dan FTF murka. Akibatnya, penyelidikan menyeluruh digelar. Hasilnya, pada 20 September 2010, terungkap fakta bahwa mantan pelatih timnas, Bana Tchanile, adalah pelaku utamanya. FTF lalu menjatuhkan hukuman larangan aktif di sepakbola selama tiga tahun.

Dalam investigasi itu, FTF mendapatkan fakta bahwa Tchanile terkait dengan sindikat pengaturan hasil pertandingan dari Singapura yang dipimpin Wilson Raj Perumal dan Tan Seet Eng. Motifnya murni uang. Jumlah tidak pernah dipublikasikan. Tapi, diperkirakan antara USD60.000-USD100.000.

Terbongkarnya skandal timnas palsu benar-benar membuka buruknya pengelolaan sepakbola di Togo. Pasalnya, beberapa bulan sebelumnya, saat Piala Afrika 2010 digelar di Angola, kejadian yang lebih tragis menimpa Togo akibat tidak adanya koordinasi antara FTF dengan petugas keamanan serta penitia turnamen.

Pada 8 Januari 2010, bus timnas Togo diserang olah kelompok bersenjata di Cabinda, Angola, saat hendak menuju tempat pertandingan. Serangan itu menyebabkan tiga orang tewas dan melukai beberapa lainnya. Kelompok separatis Front for the Liberation of the Enclave of Cabinda (FLEC) mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Menyusul kejadian itu, FTF menyatakan mundur dari Piala Afrika 2010. Konfederasi Sepakbola Afrika (CAF) merespons keputusan FTF dengan melarang Togo berpartisipasi dalam dua edisi Piala Afrika selanjutnya plus denda USD50.000. CAF beralasan keputusan mundur diambil oleh otoritas politik (pemerintah), bukan FTF selaku asosiasi anggota FIFA.

Akibat peristiwa tersebut, Emmanuel Adebayor mengumumkan pengunduran dirinya dari sepakbola internasional pada 12 April 2010. Tapi, pada 22 Maret 2011 dia mengumumkan kembali tersedia membela timnas.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network