Kisah Jersey Tanpa Lengan Kamerun di Piala Dunia 2002, Tuai Kontroversi

"FIFA sempat mengancam mencoret Kamerun dari Piala Dunia 2002. Kamerun melawan."

Feature | 06 October 2020, 12:39
Kisah Jersey Tanpa Lengan Kamerun di Piala Dunia 2002, Tuai Kontroversi

Libero.id - Kamerun adalah langganan Piala Dunia mewakili Afrika. Les Lions Indomptables berpartisipasi tujuh kali sejak menjalani debut pada 1982. Dari sejumlah edisi yang diikuti ada banyak cerita unik tentang penampilan Kamerun, salah satunya jersey kontroversial di Piala Dunia 2002.

Pada 1990, Kamerun mengejutkan dunia melalui penampilan impresif Roger Milla, yang menari-nari di sudut lapangan setelah mencetak gol. Mantan penyerang Pelita Jaya tersebut membawa Kamerun mencapai perempat final setelah menyingkirkan beberapa tim tangguh dunia, termasuk mengelabui Rene Higuita saat melawan Kolombia.

Setelah tampil biasa-biasa saja di Piala Dunia 1994 dan 1998, Kamerun kembali menciptakan sensasi pada Piala Dunia 2002. Pada kompetisi di Korea Selatan dan Jepang tersebut, Kamerun tampil beda. Bukan karena prestasi yang lebih membanggakan dari 1990, melainkan penampilan para pemain di lapangan.

Disokong apparel asal Jerman, Puma, Kamerun menggunakan jersey tanpa lengan. Terinspirasi dari atlet-atlet basket, Samuel Eto'o dkk ketika itu bermain dengan ketiak yang terlihat.

Terobosan Puma dan Kamerun menuai pujian banyak orang, khususnya kolektor jersey dan pengamat mode. Selain revolusioner, penggunaan seragam tanpa lengan juga menimbulkan kesan gagah. Apalagi, modelnya ketat. Secara praktis, jersey seperti itu sangat memudahkan para pemain ketika berlari, berebut bola, maupun menendang ke gawang.

Namun, pendapat pengamat busana ternyata tidak sejalan dengan FIFA. Seragam Singa-singa Perkasa ternyata tidak direstui otoritas sepakbola dunia. FIFA melarang pemakaian jersey tanpa lengan. Alasannya, jersey tanpa lengan tidak ada dalam peraturan pertandingan, meski regulasi juga tidak secara tegas mengaturnya.

FIFA sempat mengancam mencoret Kamerun dari turnamen sepakbola dunia yang untuk kali pertama digelar di Asia tersebut jika tetap bersikeras. Mereka juga tidak sungkan menjatuhkan denda tinggi.

Uniknya, Kamerun tidak takut dengan ancaman FIFA. Mereka tetap mengenakan seragam tersebut. Tapi, Kamerun juga cerdas. Mereka memutuskan untuk melakukan modifikasi. Para pemain kemudian mengenakan kaus dalam hitam dengan lengan yang ditutupi jersey hijau sehingga terlihat seperti seragam sepak bola pada umumnya.

Kamerun sengaja tidak mau mengalah. Mereka ngotot mengenakan jersey itu karena FIFA juga tidak secara spesifik mengatur dalam regulasinya. Keberanian Kamerun juga karena mendapatkan dukungan Puma.

Puma secara resmi memprotes FIFA lewat pengadilan dengan alasan persaingan usaha. Sang apparel menuduh Adidas sebagai penyebab Kamerun dilarang mengenakan jersey tanpa lengan. Pasalnya, perusahaan yang juga berasal dari Jerman tersebut dikenal selama bertahun-tahun sebagai mitra utama dan paling penting FIFA.

Selain itu, empat bulan sebelum Piala Dunia, mereka baru saja memenangi Piala Afrika 2002 dengan kostum unik itu. Konfederasi Sepakbola Afrika (CAF) ketika itu tidak mempermasalahkan penggunaan jersey tanpa lengan.  

Les Lions Indomptables juara Piala Afrika 2002 setelah mengalahkan Senegal lewat adu penalti 3-2 setelah bermain imbang tanpa gol selama 120 menit di Bamako, Mali. Keberuntungan itulah yang diharapkan Kamerun terjadi di Korea-Jepang pada musim panas 2002.

Sayang, keinginan Kamerun mengulang sukses di Piala Afrika tidak terwujud. Meski tetap menggunakan jersey tanpa lengan dengan sedikit modifikasi, Les Lions Indomptables tampil mengecewakan.

Tergabung dengan Jerman, Irlandia, dan Arab Saudi, Kamerun hanya finish di peringkat 3 klasemen akhir. Mereka hanya bisa bermain imbang dengan Irlandia, mengalahkan Saudi, dan dikalahkan Jerman. Rumor pembagian fee dan bonus yang tidak jelas disinyalir menjadikan Kamerun seperti singa ompong lantaran harus tersisih dengan memalukan.

Menariknya, terobosan Puma dengan jersey Kamerun ternyata sempat menjadi tren beberapa tahun setelah Piala Dunia 2002. Produk itu ditiru apparel lain karena pemakainya dianggap gagah.

Contohnya, produsen alat olahraga asal Amerika Serikat, Nike, di kemudian hari sempat meluncurkan jersey latihan tanpa lengan untuk sejumlah klub Eropa seperti Barcelona, Manchester United, hingga Inter  Milan. Tim nasional Indonesia era Alfred Riedl juga sempat memiliki jersey latihan seperti itu.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network