Kisah Aaron Wan-Bissaka yang Tolak Kongo demi Membela Inggris

"Secara darah keturunan, Wan-Bissaka yang kini membela Manchester United murni orang Kongo."

Feature | 25 October 2020, 07:14
Kisah Aaron Wan-Bissaka yang Tolak Kongo demi Membela Inggris

Libero.id - Selain membela Manchester United, Aaron Wan-Bissaka memiliki cita-cita membela tim nasional Inggris. Keinginan pertama bisa diwujudkan musim lalu saat ditransfer dari Crystal Palace dengan 45 juta pounds plus 5 juta pounds bonus. Untuk misi kedua, fullback kanan berusia 22 tahun itu harus bersabar.

Wan-Bissaka menghabiskan seluruh hidupnya di Inggris. Lahir Croydon dan besar di New Addington, Wan-Bissaka menghabiskan masa kanak-kanak dengan bersekolah di Good Shepherd Catholic Primary School. Baru di usia 11 tahun, dia bergabung dengan Akademi The Eagles.

Namun, Wan-Bissaka punya darah Kongo dari orang tuanya. Mereka sebenarnya sempat meminta pemain berpostur 183 cm tersebut bermain untuk Republik Demokratik Kongo.   

Keinginan itu sempat direalisasikan Wan-Bissaka, meski dengan berat hati. Ketika remaja dan belum terkenal, dirinya sempat memperkuat RD Kongo U-20. Satu pertandingan dijalani pemain kelahiran 26 November 1997 itu. Uniknya, laga itu melawan Inggris U-17 pada 7 Oktober 2015 dengan hasil kalah 8 gol tanpa balas.

Seiring waktu, Wan-Bissaka menyatakan tidak berminat membela Kongo lagi. Selain manajemen yang dia anggap kurang profesional, dia juga mulai dikenal publik Inggris sehingga tawaran dari FA untuk membela Young Lions lebih menggiurkan. 

"Saya mengirim pemandu bakat untuk melihatnya bermain. Dia memberi laporan yang bagus sehingga saya langsung menyampaikan ajakan untuk bergabung bersama kami. Saya memanggilnya. Tapi, tidak mendapatkan respons darinya lagi," kata Pelatih tim senior RD Kongo saat itu Florent Ibenge, dikutip The Independent.

"Sebenarnya kami sangat ingin dia mengikuti jejak Yannick Bolasie (mantan pemain Palace yang memilih membela Kongo). Tapi, kami tidak mungkin memaksakan keinginan kami," tambah pria yang kini menukangi Vitu Club tersebut.

Bolasie adalah pemain Everton yang saat ini dipinjamkan ke Sporting Lisbon. Sama seperti Wan-Bissaka, pria berusia 31 tahun itu juga beroperasi di sektor sayap dan membela The Eagles pada 2012-2016. Bedanya, Bolasie lahir di Prancis setelah orang tuanya mengungsi dari Kongo karena perang saudara.

Saat berusia 7 bulan, orang tuanya membawa Bolasie ke Inggris untuk menetap di Brent, London. Bolasie juga memiliki saudara pemain sepakbola, yaitu Lomana LuaLua, Kazenga LuaLua, dan Tresor Kandol. Adiknya, Ruddock Yala, juga pesepakbola yang membela Harrow Borough, Grays Athletic, Borehamwood, serta Maldon and Tiptree.

"Tujuan saya adalah untuk membela Inggris. Saya gembira bermain untuk Inggris. Saya senang bisa mewakili Inggis di level junior. Saya ingin berlanjut ke tim senior," ujar Wan-Bissaka ketika itu.

Panggilan membela The Three Lions untuk Wan-Bissaka datang pada Agustus 2019. Saat itu, dia direncanakan membela Inggris melawan Kosovo dan Bulgaria pada Kualifikasi Euro 2020. Sayang, Wan-Bissaka gagal merumput karena cedera punggung.

Libero.id

Kredit: thefa.com

Namun, apapun pilihannya, Wan-Bissaka tetaplah pesepakbola yang layak menjadi rebutan Inggris dan Kongo. Pelatih fisik Wan-Bissaka di Akademi Palace, Scott Guyett, sempat memprediksi bahwa sang anak didik akan menjadi pemain yang diperebutkan klub-klub besar Eropa. 

Analisis pria asal Australia itu didasarkan pada banyak aspek logis. "Sebenarnya saya tidak melatihnya sejak awal. Saya baru menanganinya saat bersama tim utama beberapa tahun lalu. Saat itu saya mengatakan anak ini akan bermain untuk MU dengan fee 50 juta pounds pada usia 21 tahun. Ternyata hal itu terbukti," ungkap Guyett, dilansir The Guardian. 

Pada musim perdana di MU, Wan-Bissaka bermain 35 kali di Liga Premier. Jika ditotal dengan pertandingan-pertandingan lainnya, dia bermain pada 46 pertandingan. Tapi, tidak ada gol yang diproduksi.

"Sejak awal, dia menunjukkan diri sebagai pemain hebat. Dia atlet yang luar biasa. Bersama Wilfred Zaha, dia menjadi pemain yang paling konsisten di lapangan," ucap Guyett dengan penuh semangat.

"Anak ini pemain yang sangat cepat saat berlari. Dia seperti kilat, tapi juga kuat. Dia mampu membaca permainan dengan sempurna. Penempatan dirinya di lapangan juga bagus. Kadang, dia berlatih lebih lama dari rekan-rekannya yang lain," pungkas mantan bek Bournemouth itu.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network