Kisah Hattrick Batistuta Bikin Karier Lehmann di Milan Tamat

"Gabriel Batistuta tanpa ampun membuat Lehmann ingin membenamkan kepala sebeb kelewat malu."

Feature | 19 June 2021, 02:04
Kisah Hattrick Batistuta Bikin Karier Lehmann di Milan Tamat

Libero.id - Kalau Anda fans sejati Arsenal, satu nama ini tak mungkin pernah bisa Anda lupakan  ; Jens Lehmann. Penjaga gawang asal Jerman yang jadi bagian penting dalam kejayaan The Gunners pasa era 2000-an.

Lehman pernah berkata: “Terkadang menjaga gawang seperti halnya olahraga ekstrem – Anda harus memberanikan diri.”

Itu adalah kata-kata yang dipegang teguh Lehman, dalam setiap kesempatan Lehman tidak pernah menghindar dari yang namanya mengambil risiko. Ia berani dan keberaniannya ialah yang penuh pertimbangan.

Di Arsenal, Lehmann menjadi yang terdepan sebagai pemilik nomor punggung 1 The Invincibles. Lehman mencetak rekor Liga Champions untuk clean sheet paling banyak berturut-turut, melakukan 10 pertandingan tanpa kebobolan pada tahun 2006.

Tetapi bukan berarti Lehmann tanpa cacat. Sebagai penjaga gawang, ia punya titik lemah dan semangatnya ada waktunya padam dan patah. Seperti pada final Liga Champions 2006, dimana Lehman menerima kartu merah di awal-awal babak, yakni menit ke-18.

Ingatan Buruk Lehman di Ac Milan


Namun bisa dibilang pengalamannya yang paling menyakitkan terjadi pada tahun 1998 di AC Milan. Banyak penggemar biasa mungkin tidak tahu Lehmann pernah bermain untuk Rossoneri. Kisah ini akan memberi Anda gambaran tentang seberapa baik ingatan dan waktu berjalan.

Kembali di akhir 90-an, Serie A adalah liga terbaik yang tak terbantahkan di dunia. 
Lehmann tiba pada musim panas 1998 sebagai pemain yang ditunjuk untuk menggantikan ikon klub Sebastiano Rossi. Rossi.

Jadi Lehmann dipandang sebagai kandidat yang ideal. Mengingat ia merupakan lulusan akademi Knappenschmiede yang terkenal di Schalke. Pada tahun 1997 ia berada di puncak kariernya; Kiper Terbaik UEFA dan pemenang Piala UEFA bersama Schalke.

Pendek kata. Kompetisi bergulir dan dimulai dengan cukup positif,  AC Milan memenangkan dua pertandingan pembuka melawan Bologna dan Salernitana.

Namun, kesenangan itu tak abadi. Pada matchday ketiga Fiorentina datang untuk bertamu dan 90 menit berikutnya menentukan karier Lehmann di Ac Milan.

Skuat asuhan Giovanni Trapattoni itu sedang bagus-bagusnya. Di barisan ada nama-nama seperti Manuel Rui Costa yang lincah di lini tengah dan Gabriel Batistuta sang juru gedor yang siap
mencetak gol dari setiap sudut. 

Sore yang cerah di San Siro itu tinggal lama dalam ingatan Lehmann dan Batistuta untuk alasan yang sama sekali berbeda.

Laga itu semacam ujian kemampuan Lehmann, pada dua laga sebelumnya ia boleh saja bersantai. Tapi kali itu, hanya butuh enam menit bagi pemain seperti Batistuta untuk menggoyang marwah Lehmann. 


Lehman tampaknya bersalah karena membiarkan bola menggeliat di bawah genggamannya. Zaccheroni, pelatih Ac Milan saat itu sampai geleng-geleng kepala.

Saat babak kedua dimulai, Batistuta makin menggila. Dari sisi kanan kotak Ac Milan Batistuta merengsek dan sempat dihadang oleh Alessandro Costacurta.

Namun dengan gerak kakinya yang rapi dan lincah, Batistuta melihat sedikit ruang, ia kemudian menembak dari sudut yang hampir mustahil, sementara itu Lehmann yang mencoba menutupi celah mulut gawang harus menerima fakta ; bola masuk melalui celah kakinya.

Gol kedua untuk Batistuta dan ia kembali bergaya seperti Rambo. Sekali lagi, ekspresi sedih Zaccheroni di pinggir lapangan seolah mengatakan semuanya


Fiorentina makin percaya diri, dan tak lama dari gol kedua, peluang kembali datang.  Pemain Fiorentina dilanggar, sebuah tendangan bebas tidak langsung dari jarak dekat diberikan wasit 

Batistuta maju sebagai algojo dan tanpa ragu menendang bola sekeras-kerasnya. Tak ada yang sanggup membendung bola itu. Dalam pengertian yang sebenarnya, gawang Lehmann hampir koyak.



Hanya dalam kurun waktu setengah jam. Gabriel Batistuta mencetak hat-tricknya dan itu membuat Lehmann keder dan terhuyung-huyung. Ac Milan hanya mampu membalas satu gol melalui penalti Bierhoff, laga berakhir 1-3 untuk Ac Milan.


Penyelesalan Lehmann


Merefleksikan kepindahannya dalam sebuah wawancara dengan Marca bertahun-tahun kemudian, Lehmann mengungkapkan bahwa dia sebenarnya waktu itu menolak Real Madrid demi pindah ke Ac Milan.

“Saya lebih memilih bergabung dengan Milan karena Serie A dinilai lebih kompetitif dibandingkan La Liga.

“Untuk menerima kenyataan bahwa bermain untuk Rossoneri adalah sebuah kesalahan,"

Kalimat yang terakhir tampaknya Lehmann tujukan untuk kebrutalan seorang Gabriel Batistuta, yang tanpa ampun membuat Lehmann ingin membenamkan kepala sebeb kelewat malu.

(gigih imanadi darma/gie)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network