Kisah Oriundi, Pemain Keturunan Italia yang Lahir di Luar Negeri

"Setiap negara punya aturan kewarganegaraan sendiri dan Italia salah satu yang unik. Mengapa? Ini jawabannya."

Feature | 24 June 2021, 15:23
Kisah Oriundi, Pemain Keturunan Italia yang Lahir di Luar Negeri

Libero.id - Pada pertandingan ketiga Italia di Euro 2020, Roberto Mancini melakukan beberapa perubahan di starting line-up. Dia mengatakan kepada media bahwa dirinya tidak memiliki tim pilihan pertama pada turnamen ini.

Mancini menyatakan setiap pemain di skuadnya sama pentingnya. Bahkan, saat Italia bertanding melawan Wales, dia melakukan apa yang dikatakan kepada media. Dia memainkan delapan wajah baru, termasuk tiga pemain yang lebih fasih bicara Bahasa Portugis dibanding Italia.

Nama yang dimaksud adalah Rafael Toloi, Emerson Palmieri, dan Jorginho. Ketiganya sama-sama lahir di Brasil dan meniti karier di Serie A sebelum akhirnya mendapat paspor Italia karena memiliki nenek moyang dari Italia. Oleh orang Italia, mereka disebut sebagai "Oriundi".

Oriundo (kata tunggal untuk Oriundi) adalah Bahasa Italia yang merujuk pada orang-orang keturunan Italia yang lahir atau besar di luar negeri. Kata ini sangat relevan dalam konteks sejarah sepakbola negara tersebut, dengan lebih dari 40 Oriundi telah memiliki lebih dari 350 caps untuk Gli Azzurri.

Orang pertama yang masuk dalam daftar ini diyakini adalah Ermanno Aebi. Meski lahir di Milan, Aebi dibesarkan di Swiss oleh ibu Swiss dan ayah Italia sebelum pindah kembali ke tanah leluhurnya untuk bermain bagi Inter Milan dan timnas.

Namun, kisah Orinudi secara keseluruhan didominasi oleh tiga negara di seberang Samudera Atlantik, yaitu Argentina, Uruguay, dan Brasil. Dan, orang pertama yang lahir dari negara-negara tersebut dan mengenakan kaus biru adalah Julio Libonatti. Dia pemain berdarah Italia-Argentina yang pindah dari Newell's Old Boys ke Torino pada 1926.


Orang Italia dikenal sebagai perantau tangguh

Orang Italia telah bermigrasi secara massal pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Jutaan orang pada saat itu telah pergi ke Amerika Utara dan Selatan menggunakan kapal menyeberangi Samudera Atlantik dari kota-kota pelabuhan seperti Venezia, Genoa, Napoli, atau Catania di Pulau Sicilia.

Di Amerika Selatan, mereka meneruskan tradisi Italia, salah satunya memainkan sepakbola. Olahraga ini telah menjadi sarana untuk mengekspresikan identitas mereka. Para imigran Italia sangat mempengaruhi permainan di sana, terutama di kota-kota industri besar tempat para diaspora berkumpul.

Di Brasil, dua klub terbesar, Cruzeiro dan Palmeiras, memulai kehidupan bernama Palestra de Italia. Di Argentina, julukan Boca Juniors, yaitu Xeneize, muncul karena saat itu banyak penggemar mereka yang memiliki akar Genovese (ungkapan untuk orang-orang dari Genoa).

Pada 1920-an, pengaruh itu mulai bergerak ke arah lain. Di Italia tokoh fasisme bernama Benito Mussolini merumuskan ide-ide nasionalisme yang tentu saja menjadi pusat wacana politik.

Oleh fasisme, definisi Italianya diperluas pada orang-orang yang lahir dari orang tua Italia di negeri-negeri yang jauh. Mereka yang kembali disebut sebagai "Rimpatriati" dan otomatis memiliki kewarganegaraan ganda.

Melihat hal itu, banyak klub sepakbola yang mengambil keuntungan. Ketika transfer pemain asing dilarang oleh pemerintahan Mussolini, mereka mengambil Rimpatriati. Untuk pemain Amerika Selatan, langkah itu menarik karena sepakbola belum profesional dan bahkan tidak dibayar dengan baik di negara asalnya.

Akibatnya, pada 1920-an, sekitar satu dari 10 pemain di Italia adalah kelahiran Amerika Selatan. Efeknya juga berdamak pada Gli Azzurri. Saat itu, Il Duce melihat bahwa sepakbola bisa dijadikan sebagai sarana untuk menunjukkan kekuatan bangsa Italia dan Rimpatriati.

Jadi, ketika Italia menjadi tuan rumah Piala Dunia 1934, lima pemain, yaitu Luis Monti, Raimundo Orsi, Enrique Guaita, Attilio Demaria, dan Anfilogino Guarisi diketahui telah bermain untuk Argentina atau Brasil. Kehadiran mereka disambut dengan kritik dan Oriundi telah menjadi sumber kontroversi sejak itu.

"Jika mereka bisa mati untuk Italia, mereka bisa bermain untuk Italia," kata Pelatih legendaris Italia, Vittorio Pozzo, ketika itu, dikutip Planet Football.

Italia memenangkan turnamen, dengan Orsi menjadi salah satu pahlawan, dan Monti menjadi pemain pertama serta satu-satunya yang mewakili dua negara di putaran final Piala Dunia. Gli Azzurri terus menurunkan dan mematikan Amerika Selatan selama tiga dekade berikutnya. Tapi, pengaruh mereka secara bertahap berkurang.


Kebangkitan pemain keturunan Amerika Selatan

Pada Piala Dunia 1962, ada semacam  kebangkitan Oriundi  dengan dua pemain kelahiran Argentina, Humberto Maschio dan Omar Sivori, serta dua bintang asal Brasil, Angelo Sormani dan Jose Altafini, yang masuk dalam skuad Italia. Tapi, Italia tersingkir dari turnamen itu di babak penyisihan grup.

Reaksi berikutnya datang saat Sormani muncul di timnas pada 1963. Tapi, dia adalah orang Amerika Selatan terakhir yang bermain di Gli Azzurri selama empat dekade. Setelah itu, aturan dibuat untuk menghentikan semua orang yang lahir di luar Italia bermain di liga domestik.

Baru pada 2003, keran Oriundi dibuka kembali. Mauro Camoranesi menjadi orang yang melakukannya. Gelandang Juventus kelahiran Buenos Aires itu memenangkan Piala Dunia 2006.

Sejak saat itu ada aliran pemain Italia-Brasil dan Italia-Argentina yang tampil dengan jersey biru, termasuk Thiago Motta, Eder Citandin Martins, Pablo Daniel Osvaldo, Franco Vasquez, dan Roberto Mancini. Jadi, jangan heran jika Mancini memberi kesempatan Jorginho, Emerson, dan Toloi untuk bermain di Euro 2020.


Jadi kontroversi dan dituduh tidak nasionalis

Pada 1920 hingga 1930-an, ketika Oriundi pertama kali tiba, Rezim Mussolini menganggap mereka sebagai orang Italia. Tapi, seringkali mereka tinggal di negara itu hanya selama karier profesional.

Sekarang, ketika dunia sudah berubah, keberadaan Oriundi juga tetap dipertanyakan. Beberapa orang di sepakbola maupun politisi yang mempertanyakan jiwa nasionalisme pemain-pemain Amerika Selatan itu. 

Pada 2015, Arrigo Sacchi pernah mengritik Oriundi menggunakan alasan nasionalisme. "Sepakbola Italia sekarang tanpa martabat atau kebanggaan karena terlalu banyak orang asing yang bermain di tim junior," ucap mantan pelatih AC Milan dan Gli Azzurri itu.

Sebelumnya, pada 2010, suporter bersuara dengan membentangkan spanduk yang mengatakan "orang asing" tidak boleh bermain untuk Italia selama pertandingan yang melibatkan pemain kelahiran Argentina, Cristian Ledesma.

Hal yang kurang lebih sama muncul saat Mancini memutuskan membawa Emerson, Jorginho, dan Toloi. Mereka dianggap tidak nasionalis karena bicara Bahasa Italia dengan sangat buruk. Padahal, orang seperti Emerson misalnya, memenuhi syarat membela Italia leluhurnya dari pihak ibu bernama Alfonso Palmieri, yang lahir di Cosenza pada 1853. 

Begitu pula hubungan Toloi dengan Italia yang datang melalui seorang kakek buyut yang lahir pada 1891 di Cervignano del Friuli, yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Austria-Hungaria.

Sementara Jorginho, yang memiliki nama asli Jorge Luiz Frello Filho, mempunyai kakek buyut bernama Giacomo Frello, yang berasal dari Lusiana di Provinsi Veneto. Bahkan, sejak usia 15 tahun, dia sudah meninggalkan Italia untuk menimba ilmu di Akademi Hellas Verona. 

(diaz alvioriki/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network