Kisah Gianluca Lapadula, Pemain Italia yang Memilih Main untuk Peru

"Top saat membela Milan, Lapadula ternyata memiliki darah Peru. Sayang, negara barunya kandas di semifinal."

Feature | 06 July 2021, 22:51
Kisah Gianluca Lapadula, Pemain Italia yang Memilih Main untuk Peru

Libero.id - Normalnya, pemain Amerika Latin membela tim nasional di Eropa. Deco, Pepe, Jorginho, hingga Emerson Palmieri jadi contoh terbaru. Tapi, yang dilakukan Gianluca Lapadula berbeda. Lahir dan besar di Italia, pemain Benevento itu justru memilih Peru. 

Lapadula lahir di Turin, 31 tahun lalu. Dia ingin menjadi Filippo Inzaghi yang baru di Italia, lebih tepatnya menjadi pencetak gol klasik untuk Italia. Niat itu membawanya menaiki tangga sepakbola Italia, dari klub-klub kecil Serie A, Serie B, hingga Serie C ke AC Milan pada 2016.

Saat kemunculan di level atas sepakbola Italia, tidak ada yang sadar bahwa Lapadula adalah pemain blasteran. Baru pada 2020 ketika pelatih Los Incas, Ricardo Gareca, mendengar ada pemain Italia yang memiliki ibu berkebangsaan Peru, panggilan kepada Lapadula dilayangkan.

Itu bukan keputusan mudah bagi Lapadula. Pertama, dia tidak bisa Bahasa Spanyol. Kedua, dia tidak pernah pergi ke Peru. Ketiga, cita-cita Lapadula adalah membela Gli Azzurri. Dia pernah dipanggil Italia untuk dua laga FIFA, meski tidak bermain. Dia juga sempat mencetak hattrick untuk Italia B di laga uji coba tidak resmi melawan San Marino. 

"Ketika proposal dari Peru datang, saya sangat bersemangat. Pelatih datang ke Pescara untuk meyakinkan saya. Siapapun akan mengatakan ya. Tapi, saya memutuskan untuk percaya apa yang mungkin tampak mustahil dan saya memenangkan taruhan," ujar Lapadula, dilansir El Pais.

Pelatih Italia, Giampiero Ventura, juga memanggil Lapadula pada 2017 untuk pertandingan persahabatan melawan San Marino. Pelatih ingin menguji bakat Lapadula. Pertandingan itu menjadi pesta bagi Italia yang menang 8-0 dan Lapadula mencetak tiga gol.

Meski menjadi starter untuk Milan, klub tersebut finish di urutan keenam di Serie A. Gli Azzurri memanggilnya untuk Kualifikasi Piala Dunia 2018. Tapi, dia tetap di bangku cadangan. Nasib tim Ventura itu berakhir dengan tersingkirnya Italia melawan Swedia di play-off. Alhasil Italia harus melewatkan keikutsertaan Piala Dunia mereka sejak 1958.

Peristiwa bersejarah lainnya terjadi di Amerika Selatan ketika Peru berhasil lolos ke Piala Dunia setelah 36 tahun. Tapi, saat itu dia belum berpikir untuk membela Los Incas, melainkan fokus mengembangkan karier di klub.

Lapadula sempat bermain untuk Genoa, lalu pindah Lecce, dan kemudian kini bersama Benevento. Kariernya naik-turun. Tapi, dia melanjutkan dengan semangat mencetak gol. Dalam dua tahun di Genoa dia telah mengumpulkan 41 gol. Sementara dengan Lecce ada 13 gol dan di klub terakhirnya mencetak delapan gol.

"Mencari penyerang di bursa transfer? Alih-alih berbicara tentang yang lain, saya ingin mengucapkan selamat kepada Gianluca Lapadula karena dia memainkan permainan yang hebat. Saya berterima kasih padanya karena dia melakukan pekerjaan yang hebat dan banyak membantu tim," kata Inzaghi.

Pada 2020, Gareca sekali lagi bersikeras memanggil Lapadula. Usia Jose Paolo Guerrero yang menua membuat Gareca mencari pengganti di lini depan menghadapi Kualifikasi Piala Dunia 2022 dan Copa America 2021.

Setelah melalui diskusi dan pemikiran, Lapadula akhirnya setuju. Tidak butuh waktu lama, dia diterima dan proses naturalisasinya didukung penuh pemerintahan Presiden Martin Vizcarra. Harian olahraga lokal, Once, mengungkapkan bahwa personel dari Konsulat Peru di Italia datang ke rumah Lapadula untuk memintanya menandatangani dokumen.

Striker Peru yang baru melakukan debutnya dalam waktu setengah jam saat Los Incas melawan Chile, 13 November 2020. Meski Peru kalah dalam pertandingan itu (dan juga melawan Argentina), permainan Lapadula ternyata tidak mengecewakan pelatihnya dan suporter.

Kini, di Copa Amarica 2021, Lapadula menjadi starter. Gol itu datang di momen terbaik. Di perempat final melawan Paraguay, Lapadula membuat double gol. Setelah melalui adu penalti dan mencetak gol pada gilirannya untuk Peru kini mereka telah mencapai semifinal. 

Sayang, Peru kembali kalah. Kali ini bukan 0-4, melainkan hanya 0-1. Tapi, itu juga diwarnai kontroversi handball Thiago Silva di kotak penalti Brasil, yang tidak dianggap wasit maupun terdeteksi VAR. Aneh!

"Saya berterima kasih kepada Paolo (Guerrero) karena memberi saya (nomor) jerseynya. Dia yang bersejarah. Sejak hari pertama saya tiba, saya telah menerima banyak kasih sayang dari para penggemar dan itu benar-benar hal yang penting bagi saya dan keluarga saya," katanya dalam Bahasa Spanyol yang buruk.

Yang menarik adalah Lapadula bukan orang Eropa satu-satunya di Copa America 2021. Di Chile, ada rekan Phil Foden dan Mason Mount di Inggris U-21 yang membela Chile, Ben Brereton. Sama seperti Lapadula, pemain Blackburn Rovers itu juga memuaskan.

(diaz alvioriki/anda)

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network