Kisah Bixente Lizarazu yang Selalu Sewa Bodyguard Selama di Spanyol

"Jika Brasil punya Roberto Carlos, Prancis sempat memiliki Bixente Lizarazu. Terbaik era 90-an."

Feature | 31 October 2020, 09:40
Kisah Bixente Lizarazu yang Selalu Sewa Bodyguard Selama di Spanyol

Libero.id - Jika Brasil punya Roberto Carlos, Prancis sempat memiliki Bixente Lizarazu. Keduanya menyandang status full back kiri terbaik dunia pada akhir dekade 1990-an hingga awal 2000-an.

Baik Carlos maupun Lizarazu sama-sama memiliki kemampuan lengkap sebagai bek sayap. Mereka cepat, memiliki umpan ajaib, dan kekuatan kaki yang luar biasa ketika melakukan sepakan keras ke gawang. Carlos dan Lizarazu juga sama-sama pernah membawa negara masing-masing menjuarai Piala Dunia.

Namun, mereka juga memiliki perbedaan. Salah satunya kehidupan di luar lapangan. Lizarazu pernah menjadi target serangan terorisme yang sangat serius. Bukan hanya satu kali, melainkan berkali-kali. Penyebabnya, darah Basque yang mengalir deras dalam diri pensiunan pesepakbola kelahiran Saint-Jean-de-Luz, 9 Desember 1969, itu.

Meski asli Prancis, Lizarazu berasal dari Basque. Tempat kelahirannya adalah wilayah yang berbatasan dengan Spanyol dan merupakan tempat bermukim orang-orang Basque. Bahasa dan budaya Basque tetap digunakan di tempat asal Lizarazu.  

Ketika membela Athletic Bilbao pada 1996/1997 setelah sukses bersama Girondins Bordeaux, Lizarazu mendapatkan ancaman dari kelompok separatis Basque, Euskadi Ta Askatasuna (ETA). Mereka meminta dana bantuan perjuangan kepada Lizarazu jika ingin selamat selama membela Bilbao.

Ancaman tersebut benar-benar membuat mental Lizarazu down. Ditambah beberapa cedera yang melanda, penampilan pria berpostur 169 cm itu sangat mengecewakan. Akibatnya, dia hanya bertahan satu musim di Estadio San Mames dengan merumput 16 kali di La Liga.

Setelah itu, dia memutuskan meninggalkan Bilbao dan bergabung dengan Bayern Muenchen. Lizarazu berharap kepindahan ke Jerman akan menjauhkan dirinya dari kelompok teroris paling ditakuti di Eropa tersebut.

Namun, bukan berarti ketakutan Lizarazu terhadap kelompok separatis yang sering menggunakan teror bom bunuh diri itu mereda. Buktinya, ancaman kedua datang pada 2001 saat Prancis menjalani laga uji coba melawan Spanyol di Valencia. Secara khusus, dia menyewa bodyguard selama berada di Negeri Matador.

Sama seperti ancaman pertama, ETA juga meminta sejumlah uang jika Lizarazu ingin selamat. "Pada Desember (2000) orang tua Lizarazu menerima surat kaleng yang menyatakan anak mereka harus membayar revolutionary tax karena bermain untuk timnas negara musuh," tulis BBC Sport.

Ancaman itu langsung direspons otoritas Prancis dengan penyelidikan. Bekerja sama dengan aparat Spanyol, mereka berhasil melakukan penangkapan terhadap pihak-pihak yang seharusnya bertanggung jawab. Otoritas menyebut ETA berada dibalik ancaman tersebut.

ETA adalah organisasi payung bagi para aktivis yang ingin memisahkan Basque dari Spanyol dan Prancis. Sejak awal, mereka memang sengaja memilih perjuangan politik dan senjata dengan menggunakan bom sebagai alat pertempuran. ETA dibentuk pada 31 Juli 1959 dan bubar pada 2 Mei 2018 setelah mencapai kesepakatan damai dengan pemerintah.  

Namun, ketika masih aktif sebagai organisasi, ETA tergolong sangat kejam. Statistik menunjukkan, antara 1968-2010 mereka menewaskan 829 orang (termasuk 340 warga sipil) dan melukai ribuan lainnya.

ETA diklasifikasikan sebagai kelompok teroris oleh Spanyol, Prancis, Britania Raya, Amerika Serikat, Kanada, dan Uni Eropa. Selama masa yang panjang tersebut, ada lebih dari 260 anggota ETA ditahan di berbagai penjara berkeamanan khusus di Spanyol, Prancis, Jerman, dan beberapa negara Eropa lain.

Ketika pemerintah Spanyol mulai menuju demokrasi setelah keruntuhan Jenderal Francisco Franco, ETA mulai melunak. Mereka tidak lagi menggunakan kekerasan sebagai alat perjuangan. ETA menggunakan panggung politik untuk mencari simpati warga Basque.

Sebagai konsekuensi perubahan orientasi perjuangan, ETA mengumumkan gencatan senjata pada 1989, 1996, 1998, dan 2006. Lalu, pada 5 September 2010, ETA kembali mengumumkan gencatan senjata secara permanen. Aksi itu diikuti dengan mendeklarasikan penghentian aktivitas bersenjata secara penuh pada 20 Oktober 2011.

Niat baik ETA berlanjut pada 24 November 2012 ketika bersepakat terjun ke meja perundingan untuk penyelesaian final Basque. Pada 7 April 2017, ETA mengumumkan telah menyerahkan semua senjata dan bahan peledaknya. Pada 2 Mei 2018, ETA mempublikasikan surat tertanggal 16 April 2018 yang menyatakan "membubarkan sepenuhnya semua strukturnya dan mengakhiri inisiatif politiknya".

Meski sempat diganggu ETA, karier Lizarazu di lapangan tetap cemerlang. Dia membantu FC Hollywood menjuarai Bundesliga (1998/1999, 1999/2000, 2000/2001, 2002/2003, 2004/2005, 2005/2006), DFB-Pokal (1997/1998, 1999/2000, 2002/2003, 2004/2005, 2005/2006), DFB-Ligapokal (1997, 1998, 1999, 2000), Liga Champions (2000/2001), serta Piala Intercontinental (2001).

Puncak performa Lizarazu terjadi saat membela Les Bleus. Dia menjuarai Piala Dunia 1998, Euro 2000, serta dua kali Piala Konfederasi (2001, 2003). Total, dirinya bermain 97 kali untuk timnas dengan produksi 2 gol.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network