Kisah Inspiratif Zoran Djordjevic dengan Macan-macan Afrikanya

"Berkelana dari Bangladesh hingga Filipina, menuai sejarah saat mengasuh Sudan Selatan. Kisah kepahlawanannya difilmkan."

Feature | 24 January 2021, 08:18
Kisah Inspiratif Zoran Djordjevic dengan Macan-macan Afrikanya

Libero.id - Zoran Djordjevic adalah pelatih sepakbola asal Serbia. Dia bukan sosok populer layaknya Radomir Antic atau Vujadin Boskov. Tapi, kisah kepelatihan "Coach Zoran" sempat membuat sineas Inggris, Sam Benstead, memproduksi film dokumenter khusus mengisahkan kiprah Djordjevic. 

Berasal dari sebuah desa kecil di Pirot, Serbia, bernama Veliki Jovanovac, Djordjevic berkeliling dunia untuk menjadi pelatih sejak usia 26 tahun. Dimulai dari klub lokal Radnicki Pirot, Djordjevic melanjutkan karier di Uni Emirat Arab, Kuwait, Qatar, Iran, Bahrain, Yaman, Sudan, Arab Saudi, India, Bangladesh, Filipina hingga Sudan Selatan.

Djordjevic adalah pelatih saat Bangladesh menjadi juara di South Asian Games 2010. Dia memimpin Bangladesh meraih medali emas pertama dalam 11 tahun di kompetisi ini, menciptakan sejarah dengan mencetak dua rekor baru. Pertama, kemenangan 4-0 atas Afghanistan menjadi margin terbesar di final dalam 26 tahun sejarah kompetisi. Kedua, menjadi juara tanpa kebobolan. 

Sebelum bekerja untuk Bangladesh, Djordjevic menjadi pelatih Churchill Brothers di Liga India (I-League). Dia adalah pelatih asing pertama yang menjadi juara ketika Churchill memenangkan I-League 2008/2009. Itu gelar liga pertama mereka dalam sejarah. 

Djordjevic juga pernah bekerja untuk timnas Sudan untuk Kualifikasi Piala Dunia 2002 dan Yaman untuk Kualifikasi Piala Asia 2000. Dia juga sempat melatih Filipina U-21 yang ambil bagian di turnamen junior di Brunei Darussalam, Hassanal Bolkiah Trophy 2012. Saat itu Indonesia U-21 era Andik Vermansah juga ikut serta dan menjadi runner-up setelah dikalahkan tuan rumah. 

Namun, dari semua petualangan Djordjevic di sepakbola, yang paling berkesan ketika melatih timnas Sudan Selatan pada 2012-2013 atau setelah dipecat Filipina. Kisah Dordevic dituangkan dalam sebuah film dokumenter bertajuk "Coach Zoran and His African Tigers" (Pelatih Zoran dengan Macan-macan Afrikanya).

Film itu muncul dari kekaguman sang filmmaker atas keberanian Djordjevic melatih negara yang baru merdeka di Afrika Tengah yang secara politik, ekonomi, maupun keamanan belum stabil. Saat itu, Sudan Selatan baru mendaftar sebagai anggota PBB dan mendapatkan kesempatan menjalani pertandingan secara bebas.

Untuk membuat film dokumenter yang ditayangkan di BBC dalam sebuah program bertajuk Storyville, Benstead memutuskan mengikuti Djordjevic. Pekerjaan pertama Djordjevic adalah berkeliling negeri untuk memilih pemain dan menjalani seleksi dalam kondisi serba terbatas. 

Itu bukan hal mudah karena tidak ada peta yang akurat di Sudan Selatan. Tidak ada jalan aspal yang mulus layaknya di Eropa. Tidak ada makanan bergizi. Lapangan sepakbola yang digunakan sangat jauh dari kata layak untuk menggelar latihan timnas".

Meski orang-orang di Sudan Selatan juga memainkan sepakbola layaknya warga Afrika lainnya, sangat sulit bagi Djordjevic untuk membuat pemain mengeluarkan bakat terbaiknya. Pasalnya, menurut Djordjevic, ada banyak faktor yang mempengaruhi seorang pemain untuk menampilkan aksi terbaiknya. Salah satunya, ekonomi.

Djordjevic mencontohnya salah satu pemainnya, Hassan Ismail Konyi. Dia melihat sepakbola bukan sebagai olahraga, melainkan sarana untuk mendapatkan kupon makan gratis. Masalahnya, dia memiliki banyak tanggungan. Hassan memiliki 26 saudara perempuan dan 35 saudara laki-laki. 

Menggunakan pendekatan yang unik, Djordjevic layaknya joker. Terkadang, dia sangat keras. Tapi, di lain waktu menyempatkan diri melucu. "Setelah dua tahun dalam kendali saya, dia (Hasan) akan berada di Liverpool, Barcelona, atau Manchester United," kata Djordjevic.

"Kenapa kamu (bermain) seperti seorang banci di lapangan?" tanya Djordjevic kepada pemain lainnya. 

Ternyata, metode itu berhasil karena pada akhirnya para pemain Sudan Selatan menghormatinya. Mereka bersedia menjalankan apa yang dia perintahkan. Bahkan ketika Malaria nyaris merenggut nyawanya, para pemain Sudan Selatan sangat sedih.

Pertandingan internasional pertama Sudan Selatan terjadi pada 10 Juli 2011 sebagai bagian dari perayaan kemerdekaan negara itu. Pertandingan itu dimainkan di Juba National Stadium menghadapi Kenya. Sudan Selatan mencetak gol dalam waktu 10 menit. Tapi, mereka kemudian kebobolan 3 gol.

Sudan Selatan secara resmi diterima sebagai anggota Konfederasi Sepakbola Afrika (CAF) pada 10 Februari 2012 pada Sidang Umum CAF ke-34 di Libreville, Gabon. Lalu, Sudan Selatan diterima sebagai anggota FIFA pada 25 Mei 2012 pada sesi kedua Kongres FIFA ke-62 di Budapest, Hungaria.

Pada 10 Juli 2012, Sudan Selatan berkompetisi dalam pertandingan internasional penuh pertamanya. Itu adalah pertandingan persahabatan melawan Uganda di Juba. Pertandingan berakhir imbang 2-2, dengan James Moga dan Richard Justin Lado mencetak gol untuk Sudan Selatan. Pertandingan ini mengakibatkan Sudan Selatan memasuki peringkat FIFA untuk pertama kalinya, yaitu di posisi 199. 

Kemudian, momen yang dinantikan Djordjevic dan "Macan-macan Afrikanya" tiba pada 24 November 2012. Sudan Selatan mengambil bagian dalam turnamen sepakbola internasional perdana. Mereka ambil bagian dalam Piala CECAFA 2012 di Uganda. Itu adalah turnamen untuk negara-negara anggota Asosiasi Sepakbola Afrika Timur dan Tengah (CECAFA). 

Pada turnamen sekelas Piala AFF di Asia Tenggara itu, Sudan Selatan tergabung di Grup A bersama Ethiopia, Kenya, dan Uganda. Para pemain Sudan Selatan bersemangat menghadapinya dan momen itu benar-benar diabadikan Benstead dalam Coach Zoran and His African Tigers dengan sempurna.

Kekurangan hanyalah pengalaman. Sudan Selatan memainkan pertandingan pertama melawan Ethiopia dengan kekalahan 0-1  melalui gol Yonathan Kebede. Di pertandingan berikutnya, mereka kalah 0-2 dari Kenya. Lalu, di laga terakhir, mereka menderita 0-4 dari Uganda.

Meski kalah, seluruh negeri merayakannya. Pelatih Zoran dengan Macan-macan Afrikanya dijadikan pahlawan oleh rakyat Sudan Selatan. Dan, Djordjevic tetap bekerja hingga 2013 sebelum digantikan Ismail Balanga. Saat ini, Sudan Selatan dilatih orang Jerman keturunan Kamerun, Cyprian Besong Ashu.

Baca Berita yang lain di Google News




  • 0%Suka
  • 0%Lucu
  • 0%Sedih
  • 0%Kaget

Opini

(500 Karakter Tersisa)

Artikel Pilihan


Daun Media Network